6 Jenis-jenis Hikayat dan Penjelasan beserta Contohnya Lengkap

6 Jenis-jenis Hikayat dan Penjelasan beserta Contohnya Lengkap6 Jenis-jenis Hikayat dan Penjelasan beserta Contohnya Lengkap – Merupakan salah satu bentuk karya sastra lama, hikayat kerap dijadikan sebagai cerita penghibur dan pembangkit semangat.

Biasanya, hikayat menceritakan tentang kehidupan di istana, kesaktian, kaum bangsawan, dsb.

Agar kamu dapat lebih memahami hikayat, yuk baca informasi terkait jenis-jenis hingga contoh hikayat dalam artikel ini.

Berikut Jenis-jenis Hikayat beserta Contohnya

unsplash.com/dariuszsankowski

Selain kaya akan budaya, Indonesia juga kaya akan karya sastranya. Ada berbagai jenis karya sastra yang sudah zaman dahulu menjadi wadah variatif bagi setiap bakat para penulis dan pelaku seni.

Salah satu karya sastra Indonesia yang memiliki keunikannya tersendiri adalah hikayat.

Umumnya, hikayat ditulis oleh para pujangga yang ingin menyampaikan isi pikirannya dalam bentuk prosa sebagai hiburan.

Untuk itu, adanya tiap jenis hikayat umumnya berfungsi sebagai pelipur dan pembangkit semangat.

Hikayat sendiri berisikan tentang kisah, cerita, atau dongeng yang mengangkat tema keajaiban, kepahlawanan atau kehebatan seseorang.

Masuk ke dalam kategori cerita fiksi, hikayat terbagi menjadi beberapa jenis. Temukan informasi selengkapnya tentang jenis hikayat di bawah ini.

Apa itu Hikayat?

Hikayat masuk dalam kategori prosa fiksi lama yang menceritakan kehidupan istana atau raja serta dihiasi oleh kejadian yang sakti atau ajaib.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hikayat diartikan sebagai karya satra melayu lama berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografi, atau gabungan sifat-sifat dibaca untuk pelipur lara, pembangkit, semangat jiwa, atau sekedar untuk meramaikan pesta.

Ciri-ciri Hikayat

Hikayat merupakan cerita lama yang sarat dengan nilai-nilai moral terkandung di dalamnya.

Identik dengan beberapa ciri, berikut ini adalah ciri-ciri dari hikayat:

1. Menggunakan bahasa Melayu klasik

Ciri yang pertama dari hikayat adalah menggunakan bahasa Melayu klasik.

Sama seperti prosa dan tulisan lama lainnya yang menggambarkan kisah-kisah pada zaman dahulu secara latar, hikayat juga menggunakan bahasa dan pemilihan diksi dengan menggunakan bahasa klasik.

Umumnya, hikayat paling sering ditemukan dalam bahasa Melayu klasik. Di mana seperti yang kita ketahui, kini bahasa Melayu klasik sudah sangat jarang digunakan.

Sehingga hal ini membuat hikayat tampak unik dan semakin memiliki nilai seni yang tinggi.

2. Tema kerajaan

Hikayat juga memiliki alur dan latar belakang yang umumnya bertemakan kerajaan.

Tentunya dengan penggunaan gaya bahasa klasik serta menambahkan nuansa ‘lawas’ yang tetap menarik dan memiliki nilai etnik yang berbeda.

3. Statis

Hikayat juga menjadi salah satu karya sastra
yang tetap atau statis. Kisah yang diangkat, unsur intrinsik dan segala hal
dalam hikayat memiliki kemiripan satu dan lainnya.

4. Tradisional

Pemilihan tema hikayat juga tidak pernah jauh dari kisah kerajaan dan tak lepas pula dari segala unsur-unsurnya.

Isi hikayat selalu mengusung tradisi dan budaya masyarakat pada masanya.

Di mana semua tradisi divisualkan secara baik di dalam kisah-kisah yang diangkat menjadi hikayat.

Tak hanya itu saja, hikayat juga dikenal sarat akan makna dan amanat yang dapat diteladani.

5. Bersifat edukatif

Walaupun bersifat fiksi dan merupakan khayalan sang pujangga, hikayat juga tak menuntuk kemungkinan memiliki amanat baik yang dapat dijadikan pembelajaran oleh para pembacanya.

Sejatinya, setiap jenis hikayat tidak diketahui pengarangnya dan memiliki banyak unsur-unsur yang mendidik kita agar melakukan kebajikan, saling menghargai sesame, saling mencintai sesame manusia dan nilai kehidupan lainnya.

Jenis-jenis Hikayat dan Contohnya

Hikayat umumnya terbagi menjadi beberapa jenis dari segi historis dan segi isi ceritanya.

Adapun berikut jenis-jenis hikayat beserta contohnya yang perlu kamu ketahui.

Jenis Hikayat Berdasarkan Segi Historis

Sebagian besar, jenis hikayat memang ditemukan dalam bahasa Melayu. Namun, ada beberapa bahasa lain yang juga bisa ditemukan di dalam hikayat.

Ini dikarenakan setiap jenis hikayat berasal dari beberapa negara dengan latar belakang, bahasa, agama dan sejarah yang berbeda-beda.

1. Hikayat Melayu

Umumnya, jenis hikayat Melayu memiliki unsur-unsur keagamaan yaitu agama Islam.

Contoh hikayat Melayu

Hikayat Indera Bangsawan

Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra.

Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin.

Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki.

Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang.

Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.

Maka anak-anak baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian.

Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan.

Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.

Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu.

Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.

Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.

Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang.

Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan.

Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.

Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.

Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun.

Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.

Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.

Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya.

Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu.

Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya.

Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya.

Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.

Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa.

Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti.

Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.

Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu.

Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”

Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yangberisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.

Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.

Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat.

Maka anak raja yang Sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas.

Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing.

Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya.

Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteripun sembuhlah.

Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya.

Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubbah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan.

Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa.

Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa.

Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong. Tak lama kemudian Buraksa tertidur.

Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.

Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.

Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri.

Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.

Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik

2. Hikayat India

Jenis hikayat India cenderung memiliki banyak unsur keagamaan yang berasal dari agama Hindu.

Menceritakan kisah bernuansa Hindu, umumnya jenis hikayat India berinduk pada dua kisah utama yaitu cerita Sri Rama dan Mattabbhroto.

Seiring berjalannya waktu, dua kisah utama ini akhirnya berkembang menjadi Hikayat Pandawa Lima yang sering kita dengar dalam tokoh pewayangan di Jawa.

Contoh hikayat India:

Hikayat Sri Rama Mencari Sita Dewi

Sita Dewi yang merupakan istri dari Sri Rama menghilang tidak tahu dimana dan kemana. Dan sebagai seorang suami, ia pun pasti merasa kebingungan.

Kemudian Sri Rama memutuskan untuk berjalan dan berkelana untuk mencari istrinya dengan dibantu seorang pengawal. Dan kemudian keduanya pun mencari Sita sampai ke dalam hutan.

Didalam hutan, mereka bertemu seekor burung jantan yang sangat sombong dan memiliki 4 istri. Ia pun berbicara dapat menjaga keempat istrinya, dan sedangkan Sri Rama yang menjada 1 orang istri saja tak mampu.

Sri Rama merasa tersinggung ketika mendengar hal tersebut, kemudian ia berdoa ke Dewata agar burung itu tak dapat melihat istrinya. Tak lama kemudian, seekor burung itu menjadi buta.

Kemudain, Sri Rama dan juga pengawalnya berkelana lagi dan kemudian bertemu dengan hewa yaitu seekor bangau yang tengah minum tepat ditepi danau. Sri Rama pun kemudian bertanya ke bangau tersebut apakah ia melihat istrinya.

Dan bangau itu pun kemudian menjawab bahwasanya ia melihat bayang dari seorang wanita dibawa terbang oleh Maharaja Rawana.

Dan Sri Rama pun merasa senang akhirnya ia bisa mendapatkan suatu petunjuk sampai ia mengabulkan permintaan seekor bangau itu yaitu dapat memanjangkan lehernya agar mudah saat minum.

Ditengah perjalanannya, Rama pun merasa haus. Dan ia melepaskan suatu anak panah yang dapat memandu pengawalnya untuk menemukan mata air. pengawal itu membawakannya ait yang setelah diminum ternyata tak enak dan airnya berbau busuk.

Dan kemudian mereka menyusuri sepanjang aliran mata air tersebut dan bertemu seekor burung yang besar dan sedang sekarat, burung tersebut bernama Jentayu.

Rama kemudian bertanya kepadanya apa yang sudah terjadi. Jentayu menceritakan mengenai pertarungannya bersama Rawana, selanjutnya ia memberikan sebuah cincin milik Sita Dewi yang dilempar kepadanya sebelum jatuh ke bumi.

Dikarenakan keadaannya yang sangat lemah, jentayu memberikan pesan keapda Rama untuk dapat membakarkan mayatnya ditempat yang tak dihuni oleh manusia. Dan tak lama kemudian, burung itu pun mati.

Rama pun menyuruh pengawalnya untuk mencari suatu tempat yang tak dihuni oleh manusia. Tetapi sayangnya, ia tak menemukan tempatnya.

Akhirnya, ia pun memutuskan untuk membakar burung tersebut ditempat itu dan kemudian nyalalah api yang begitu besar. Karena kesaktiannya tersebut, Rama tak terluka sedikitpun.

Setelah api tersebut padam, Rama dan juga pengawalnya kembali untuk melanjutkan mencari istrinya.

3. Hikayat Arab-Persia

Di Arab dan Persia, mayoritas agama yang dianut adalah agama Islam. Oleh karena itu, hikayat-hikayat yang muncul juga bertema Islam dan mengandung nilai-nilai keislaman.

Contoh hikayat Arab-Persia:

Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib

Alkisah, Raja Harun Ar-Rosyid memanggil Abu Nawas untuk datang ke Istana. Setelah tiba di istana, Abu Nawas disambut hangat oleh Baginda Raja.

Tujuan Abu Nawas dipanggil ke istana adalah untuk menyelesaikan masalah Baginda Raja yang tidak bisa diselesaikannya sendiri.

Baginda Raja mengalami sakit perut cukup lama sering. Berdasarkan pemeriksaan tabib istana, Baginda Raja mengalami serangan angin.

Abu Nawas sangat heran dan bingung dengan perkataan Baginda. Selanjutnya, ia memberanikan diri untuk bertanya kepada baginda tentang pekerjaan yang nanti akan ditugaskan kepadanya.

Baginda lalu berkata, “Tangkap dan penjarakanlah angin itu untukku.” Mendengar perintah tersebut, tentu  Abu Nawas sangat terkejut dan merasakan sesuatu yang tidak lazim.

Nahasnya, Abu Nawas hanya diberi waktu selama tiga hari untuk menuntaskan tugas dari Baginda Raja.

Saat sedang di perjalanan, Abu Nawas hanya bisa terdiam dan kebingungan dalam menemukan solusi untuk menangkap angin.

Padahal, angin merupakan suatu hal yang tidak bisa disentuh, dilihat, apalagi ditangkap. Seiring dengan kebimbangan yang melanda hati Abu Nawas, waktu masih terus berjalan.

Pada hari kedua, Abu Nawas masih belum juga menemukan cara dalam mewujudkan perintah raja. Abu nawas masih terus berpikir hingga ia sadar bahwa Jin tidak bisa terlihat.

Ia sangat gembira dan menyiapkan botol untuk dibawanya ke istana. Setibanya di istana, Baginda raja langsung bertanya tentang angin yang harus ditangkap Abu Nawas.

Ia pun memberikan botol yang sudah dibawanya kepada Baginda, lalu menunjukkan bahwa angin tersebut ada di dalam botol.

Baginda kemudian membuka botol sesuai dengan imbauan Abu Nawas. Baginda Raja sangat terkejut mencium bau busuk yang berasal dari botol tersebut.

Beliau pun bertanya kepada Abu Nawas, bau apa yang sangat busuk itu. Dengan sedikit khawatir, Abu Nawas mengatakan bahwa itu merupakan angin kentut yang dimasukkannya ke dalam botol dan ditutup rapat agar tidak keluar.

Baginda tidak marah karena yang dijelaskan oleh Abu Nawas sangat masuk akal dan ia meraih imbalan karena tuntas menjalankan perintah Raja Harun Ar-Rosyid.

Pesan moral yang ada dalam cerita ini adalah setiap kesulitan pasti ada jalan keluar, sehingga kita tidak boleh pantang menyerah dalam mencari solusi.

4. Hikayat Jawa

Jenis hikayat Jawa memiliki banyak pengaruh dari agama Hindu yang kemudian disesuaikan dengan masyarakat Jawa yang mayoritas menganut agama Islam.

Sehingga, tak heran jika hikayat Jawa diceritakan memiliki kemiripan sifat, tokoh, alur seperti yang ada di India dan Arab.

Adanya dua percampuran budaya dari dua agama yang berbeda ini melahirkan budaya baru.

Contoh hikayat Jawa:

Hikayat Indera Jaya

Raja Bulia Kesna, yang memerintah Negri Syamsu Alam Bahrum Asyikin, dan permaisurinya ingin sekali mempunyai anak. Mereka bertapa di istana. Setelah menjalani tapanya selama empat puluh hari empat puluh malam, mereka bermimpi dalam tidurnya.

Mimpinya adalah sebagai berikut. Ada seorang muda yang terlalu elok rupanya berkata, “Jika ingin mempunyai anak, raja dan permaisuri harus pergi ke Gunung Baladewangga untuk mengambil dan memakan bunga butut dadu yang ada di tengah kolam”.

Petunjuk itu mereka laksanakan. Dengan diiringi menteri dan hulubalangnya, mereka pergi ke Gunung datanglah topan menyapu mereka dan yang tinggal hanya Raja Bulia Kesna dan permaisurinya.

Setelah topan reda, mereka pergi mandi di kolam. Permaisuri melihat ada bunga di tengah kolam itu, lalu menyuruh Raja mengambil bunga tersebut.

Setelah mengambil bunga itu, mereka memakannya, lalu mandi kembali sambil bermain-main. Ketika muncul di permukaan kolam, mereka sudah berubah menjadi dua ekor gajah. Mereka menangis setelah menyadari bahwa mereka (raja dan permaisuri) sudah menjadi binatang.

Kemudian datanglah Dewa Langlang Buana menghampiri kedua gajah jelmaan itu dan memberitahukan bahwa mereka akan kembali menjadi manusia setelah anaknya berumur 19 tahun dengan syarat setelah berumur 2 tahun, anak itu harus dibuang ke tengah kolam.

Petunjuk dewa itu ditaati oleh kedua gajah jelmaan itu. Anak yang dilemparkan ke tengah kolam itu dipelihara oleh Maharaja Kaladarmadan diberi nama Indra Jaya. Indra Jaya diajari segala macam ilmu, baik ilmu hikmat maupun ilmu peperangan dan kesaktian.

Setelah Indra Jaya berumur sembilan belas tahun, Maharaja Kaladarma menyuruh Indra Jaya membunuh kedua gajah yang ada di sekitar kolam. Maharaja Kaladarma menceritakan kejadian Indra Jaya dan sebab-sebab kedua orang tuanya menjadi gajah kepada Indra Jaya.

Indra Jaya dilemparkan Maharaja Kaladarma dari kolam dan jatuh di dekat kedua gajah itu dan dilihatnya kedua gajah itu besarnya seperti bukit. Indra Jaya tiada samapi hati membunuh kedua gajah jelmaan tersebut karena sesungguhnya kedua gajah itu adalah orang tuanya.

Indra Jaya membunuh gajah jantan, kemudian gajah betina. Keduanya mati, tidak lama kemudian kedua gajah tersebut mengeluarkan kolik-nya, lalu direndamnya di dalam air, kemudian disiraminya kedua mayat manusia itu.

Kedua orang tua Indra Jaya itu hidup kembali. Indra Jaya lalu menciptakan suatu negeri di atas gunung itu dan dinamai Negeri Mintarsyah dengan rajanya Maharaja Bulia Kesna.

Indra Jaya melanjutkan perjalanan ke arah matahari terbenam dan sampailah di Padang Cita Heran, asal negeri maharaja jin, Langlang Samudra.

Di padang itu Indra Jaya hendak dibunuh oleh mambang dan peri karena tempat itu merupakan tempat rahasia. Dikhawatirkan jika ada orang yang mengetahui tempat itu akan dikabarkan kepada orang lain.

Indra Jaya berperang dengan Langlang samudra sehingga ia berubah menjadi permata hijau dan termakan oleh Langlang Samudra.

Di dalam mulut Langlang Samudra itu, Indra Jaya menjelma menjadi pohon yang bercabang dua sehingga menyebabkan Langlang Samudra mati dan Indra Jaya keluar dari dalam mulutnya. Raja keindraan yang bernama Maharaja Johan Jauhari mempunyai seorang putri yang bernama Putri Ismaya Indra.

Putri tersebut sudah dilamar 39 orang raja, tetapi Maharaja Johan Jauhari belum dapat memutuskan raja mana yang akan menjadi menantunya.

Oleh karena itu, ia mencari alasan untuk menghindari lamaran raja-raja itu. Ia mengatakan bahwa anaknya masih kecil dan belum akan dikawinkan, nanti kalau sudah besar, anaknya boleh dilamar dan dikawinkan.

Ketika masa perjanjiannya dengan raja-raja itu hampir tiba, Maharaja Johan Jauhari menyuruh wazirnya membuat mahligai yang mempunyai tangga 40 buah yang terbuat dari pedang yang sangat tajam.

Maharaja Johan Jauhari mengadakan sayembara yang menyatakan bahwa siapa yang dapat memasuki mahligai Tuan Maharaja Peringgi yang dikutuk oleh Batara Indra menjadi seekor naga yang bernama Antaboga.

Naga itu mencuri Putri Ismaya Indra, lalu dibawa ke Gunung Bintara dan dimasukkan ke dalam gua. Wazir Maharaja Johan Jauhari menjadi panik dan marah dan menyuruh para hulubalangnya untuk segera mencari Tuan Putri.

Indra Jaya yang keluar dari mulut Langlang Samudra itu mendapatkan kemala yang berukirkan nama Putri Ismaya dan Putri Cahaya Nurlela.

Indra Jaya melanjutkan perjalanannya ke Padang Anta Heran, tempat tulang dan tengkorak Raja Johan Syah Peri dan rakyatnya yang tampaknya baru kalah perang.

Mereka dihidupkan oleh Indra Jaya, lalu bersama-sama melanjutkan perjalanan. Maharaja Kapaksura hendak mengawinkan putrinya yang bernama Putri Lela Cahaya Bulan dengan anak Maharaja Ganggamaya yang bernama Raja Johan Syah.

Putri Lela Cahaya Bilan itu mempunyai seekor burung bayan yang pandai berkata-kata dan bersenda gurau. Pada waktu Putri Lela Cahaya Bulan sedang diarak hendak dipertemukan dengan Raja Johan Syah, bayan itu berubah menjadi kuda, lalu melarikan putri itu.

Raja Johan Syah terkejut melihat istrinya dilarikan oleh kuda yang pandai terbang. Ia memanah dan mengejar kuda itu ke arah matahari terbenam.

Kemudian, raja-raja lain pun turut mengejarnya, di antaranya Maharaja Indra Sri, Maharaja Indra Bulia, dan Maharaja Indra Kesna.

Adapun Indra Jaya yang sedang berjalan dengan Maharaja Johan Syah Peri beserta rakyatnya itu smpailah di suatu padang. Mereka berhenti untuk melepaskan lelah.

Tiba-tiba cuaca berubah, sebentar terang dan sebentar gelap. Mereka melihat ke udara untuk mengetahui sebabnya. Ternyata ada seekor kuda dirinya menjadi seekor wilmana dan mengejarnya.

Terjadilah peperangan antara kuda dengan wilmana. Ketika wilmana dipagut oleh kuda terbang itu, wilmana mati, lalu jatuh menjadi Indra Jaya kembali. Indra Jaya menciptakan hujan api sehingga kuda itu pun berubah menjadi Maharaja Bayu.

Setelah itu Maharaja Johan Syah Peri menyerang Maharaja Bayu. Dalam penyerangan itu Putri Lela Cahaya mati karena tidak sengaja kena sasaran tikaman Maharaja Johan Syah Peri.

Kemudian Maharaja Bayu melarikan diri dan Putri Lela Cahaya dihidupkan kembali oleh Indra Jaya, kemudian ia menceritakan hal-ikhwalnya dilarikan Maharaja Bayu Kesna Lodara itu.

Mereka bergabung dan pergi menuju tempat bapak Maharaja Bayu Kesna Lodara, yang bernama Maharaja Bayu Nafiri, di Gunung Argasinga. Namun, ketika Indra Jaya berperang dengan Maharaja Bayu, Putri Lela Cahaya dibawa lari oleh merak emas, penjelmaan Dewa Langlang Buana.

Langang Buana membawa putri itu ke gua tempat Naga Antaboga, sebagai jalan untuk mengubah dirinya kembali kepada bentuk semula.

Indra Jaya mengetahui keadaan putri itu dari suratnya yang ditulisnya pada sehelai bulu merak.

Kemudian, mereka bersama-sama dengan Maharaja Johan Syah Peri mencari Putri Lela Nur Cahaya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan suami putri, yang bernama Raja Johan, lalu pergi bersama-sama ke Gunung Argasinga.

Jenis Hikayat Berdasarkan Segi Isinya

Berdasarkan isinya hikayat terbagi menjadi
beberapa jenis, antara lain hikayat sejarah, biografi, agama, peristiwa dan
cerita. Adapun berikut beberapa penjelas dari hikayat tersebut.

1. Hikayat Sejarah

Jenis hikayat sejarah biasanya mengisahkan tentang tokoh atau peristiwa bersejarah.

Meskipun cerita ini bersifat fiksi khayalan sang pujangga, namun isinya sering dikaitkan dengan kisah-kisah sejarah yang pernah terjadi pada suatu masa atau sekedar berlatarkan pada suatu kejadian yang ada di dalam sejarah.

Contoh hikayat sejarah:

Hikayat Hang Tuah

Suatu hari, terdapat papsangan yang bernama Hang Mahmud dan Dang Merdu yang dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Hang Tuah. Keluarga itu tinggal pada suatu desa yang disebut dengan Sungai Duyung.

Di daerah tersebut, seluruh warga mengetahui bahwasanya Raja Bintan yang merupakan pemimpin wilayah itu dikenal baik dan juga disegani oleh segenap rakyatnya.

Mahmud akhirnya berkeluh kesah didepan istrinya tersebut untuk dapat diizinkan untuk mengadu nasibnya di Bintan, pikirnya siapa tahu apabila ia disana nasibnnya akan baik. Dan setelah ia berdiskusi dengan sang istri.

Tiba malamnya Mahmud bermimpi terdapat bulan yang turun dari langit dan kemudian bersinar diatas kepala anaknya, yakni Hang Tuah.

Mahmud pun terbangun dari tidurnya dan kemudian menemui anaknya dan melihat anaknya memancarkan bau yang sangat wangi. Dan pada pagi hari, keluarga itu akan mengadakan acara syukuran.

Beberapa hari kemudian, Hang Tuah ikut membantu ayahnya untuk membelah sejumlah kayu yang akan dijadikan persediaan. Dan tepat pada saat itu, datanglah sejumlah pemberontak yang berniat untuk membunuh orang yang ada di desa tersebut.

Warga desa pun berlarian dengan panik untuk menyelamatkan dirinya, akan tetapi Hang Tuah masih saja tetap sibuk untuk membelah kayu.

Dari kejauhan, ibu dari Hang Tuah berteriak dengan panik dan menyuruhnya untuk pergi agar menyelamatkan diri. Tetapi, sudah terlambat dikarenakan pemberontak tersebut telah berada tepat didepannya.

Dan para pemberontak itu mencoba untuk menusuk perut Hang Tuah dengan keris, tetapi Hang Tuah berhasil menghindarinya.

Kemudian ketika terdapat kesempatan, Hang Tuah mengayunkan kapak untuk membelah kayunya tepat di adas kepala pemberontak itu dan kemudian pemberontak itu pun mati.

Berita Hang Tuah yang berhasil mengalahkan seorang pemberontak pun telah tersebar di seluruh negeri. Ia pun lalu diundang kedalam istana oleh raja.

Untuk suatu bentuk terimakasihnya, raja sering mengundangnya untuk dapat dapat ke istana dan kemudian menjadi seseorang yang dipercayai oleh raja.

Hal itu pasti membuat sejumlah pegawai dan juga Tumenggung merasa iri terhadapnya. Orang-orang iti itu kemudian bekerjasama dan kemudian memfitnah Hang Tuah.

Seorang Tumenggung mengatakan kepada raja bahwasanya Hang Tuah sudah merencanakan pengkhianatannya terdapat kerajaan dan ia juga tengah mendekati seorang gadis yang ada di istana yang bernama Dang Setia.

Setelah mendengar itu, Raja kemudian menjadi marah dan kemudian menyuruh sejumlah pengawalnya untuk membunuh Hang Tuah.

Tetapi, Allah melindunginya yang tak bersalah itu sehingga pengawal tak bisa membunuh Hang Tuah. Dikarenakan tak mau meninggalkan masalah lainnya, akhirnya Hang Tuah pun memilih untuk mengasingkan dirinya ke dalam hutan.

2. Hikayat Biografi

Jenis hikayat biografi biasanya fokus menceritakan terhadap satu tokoh utama saja. Di mana tokoh utama tersebut bisa terinspirasi dari tokoh nyata ataupun fiksi.

Namun, keseluruhan alur cerita jenis hikayat ini akan menceritakan segala hal tentang tokoh tersebut.

Misalnya seperti kisah kehidupan seorang tokoh masyarakat yang dianggap pahlawan hingga segala kejadian ajaib yang terjadi pada tokoh tersebut.

Contoh hikayat biografi:

Hikayat Sultan Ibrahim bin Adham

Konon di negeri Irak memerintah seorang raja yang adil, Sultan Ibrahim bin Adham namanya. Dia memerintah dengan segaIa kasih sayang dan selaIu memberikan karunia kepada hamba sahayanya yang berbuat jasa.

Terkesan oleh paham tasawuf yang dianutnya, dia lebih mengutamakan penyucian diri pada masalah duniawi yang pada pendapatnya bersifat tipuan belaka.

Demikianlah dia meninggalkan istana dengan segala kemewahannya dan menyerahkan pemerintahan kepada Wazirul Alam, seorang wasir kepercayaannya.

Dia pun masuk hutan dengan menyamar sebagai fakir dengan hanya membawa tongkat, pisau, kantung makanan, dan cincin kerajaan.

Dia menghabiskan waktunya untuk beribadah. Pada malam hari dia saIat, berzikir, dan bertahajud. Makanan dan minumannya diambil dari apa saja yang dapat diperolehnya di daIam hutan.

Pada suatu hari dia mendapatkan sebuah delima yang hanyut di sungai. Setelah separuh dimakannya, dia pun menjadi sangat menyesal karena hal itu dilakukannya tanpa seizin yang mempunyainya.

Dia bertekad hendak mencari siapa pemilik buah itu, agar dapat dihaIaIkan apa yang telah dimakannya itu.

Pada suatu ketika Syarif Husein sakit keras. Dipanggilnya Siti Saleha seraya diberi tahu bahwa telah datang waktunya dia akan berpulang ke rahmatullah. Dia meramalkan, bahwa sepeninggalnya Siti SaIeha akan diperistri oleh Sultan Ibrahim bin Adham.

Kepada putrinya, diberikan nasihat supaya berbakti kepadanya agar mendapatkan rahmat ilahi. Siti Saleha dipertaruhkan kepada Mafatihul Arifin sebagai ganti ayahnya. Tidak lama antaranya Syarif Husein pun wafatlah.

Dalam keadaan sedih Siti Saleha selaIu dihibur oleh Mafatihul Arifin. Diceritakannya contoh-contoh kiasan bagaimana Nabi menghibur putrinya Siti Fatimah yang miskin itu dan dikatakan bahwa kemuliaan yang sejati akan dapat diperoleh di dalam surga kelak.

Sehubungan dengan itu, Sultan Ibrahim bin Adham sampai ke tempat itu. Kedatangannya disambut oleh Syekh Ismail. Karena Sultan Ibrahim yakin bahwa delima yang diperolehnya berasal dari kebun itu, kepada Syekh Ismail dia minta agar delima yang telah dimakannya dapat dihaIalkannya.

Syekh Ismail menasihatkannya agar minta kepada Siti Saleha, pemilik yang sebenarnya. Namun, Siti Saleha tidak bersedia menghalalkannya, dengan alasan bahwa di seluruh negeri tidak terdapat buah delima yang semacam itu.

Dia hanya dapat menghalalkannya apabila fakir itu mau menikah dengan dia. Sultan Ibrahim menyetujui usul itu dan Siti Saleha pun menjadi istrinya yang berbakti. Namun, mereka hanya semalam saja hidup sebagai suami istri.

Keesokan harinya Sultan Ibrahim minta diri kepada Siti Saleha. Dia hendak meneruskan perjalannnya ke Makkah untuk memusatkan perhatiannya pada ibadah dalam rangka menjauhkan diri dari dunia yang sementara ini.

Dia menambah bahwa di akhirat yang abadi, kelak mereka akan saling bertemu kembali. Dalam keadaan sedih dan rindu yang mendalam karena perpisahan itu, Siti Saleha tidak lalai memohon ke hadirat Tuhan agar doa suaminya itu terkabul.

Di Makkah semua orang hanya mengenalnya sebagai fakir yang miskin. Berhari-hari pekerjaannya tiada lain adalah salat, tawaf, dan mengerjakan ibadah yang lain.

Di negeri Kufah diam seorang yang bernama Syarif Husein. Anaknya hanyaIah seorang putri, namanya Siti SaIeha. Parasnya elok, lagi pula berbudi mulia.

Pada tempat kediaman Syarif Husein itu ada kebun yang sangat indah, yang ditunggui oleh dua orang pendeta, yaitu Syekh Ismail dan Mafatihul Arifin. Di daIam kebun itu dibuat orang parit-parit yang airnya mengaIir ke sungai.

Siti Saleha melahirkan seorang putra dari perkawinannya dengan Sultan Ibrahim yang diberinya nama Muhammad Tahir. Oleh karena Muhammad Tahir oleh teman-temannya selalu dikata-katai sebagai anak tanpa bapak, anak zinah, atau kata-kata keji yang lain, dia minta izin kepada ibunya hendak mencari ayahnya.

Ibunya terpaksa mengizinkan dan memberi tahu kepadanya tempat ayahnya berada karena kehendak anknya itu tidak lagi dapat dihalang-halangi. Pada waktu itu dia berusia 20 tahun.

Muhammad Tahir berhasil bertemu dengan ayahnya di Masjidil Haram. Betapa rindu ayah itu kepada anaknya tidak dapat dilukiskan sehingga dalam berkasih-kasihan itu dia lupa kepada ibadah tawaf yang biasa dilakukannya.

Ketika dia ingat akan hal itu, anaknya pun disuruhnya pergi, bahkan dengan kekerasan dan ancaman. Diberinya anaknya itu cincin kerajaan dan disuruhnya pergi ke Irak untuk pergi ke istana.

Untuk memenuhi perintah ayahnya, Muhammad Tahir pergi ke Irak. Dia pun menuju ke istana dan diterima oleh Wazirul Alam. Demi dilihatnya cincin kerajaan itu, Wazirul Alam dan para menteri hulubalang yang ada di penghadapan mengangkat Muhammad Tahir ke atas singgasana kerajaan.

Namun, Muhammad Tahir tidak mau menerima pengangkatan itu karena kedatangannya semata-mata menaati perintah ayahnya, bukan untuk mencari kekuasaan atau kemuliaan.

Kepada Wazirul Alam, dia hanya menyampaikan nasihat supaya berlaku adil dalam mengemban kekuasaannya, adil dalam melaksanakan semua peraturan negeri, adil dalam menangani setiap macam pengaduan, dalam hal harta benda orang kecil, dan dalam melaksanakan hukum.

Untuk melaksanakan keadilan itu, raja hendaknya menunjuk empat orang menteri yang paling baik sebagai pembantu utama.

Muhammad Tahir segera meninggalkan istana seorang diri, dengan membawa sedikit permata, atas desakan keras para wazir.

Sesampainya di Kufah, Muhammad Tahir menyampaikan salam ayahnya kepada Syekh Ismail, Mafatihul Arifin, dan ibunya. Permata yang dibawanya dari Irak diberikan juga kepada ibunya.

Setiap tahun Wazirul Alam tidak lali mengirimkan delapan unta dengan harta sebagai upeti bagi Muhammad Tahir.

Oke, itulah informasi yang bisa Mamikos bagikan kepada kamu terkait 6 jenis hikayat beserta contohnya lengkap dengan penjelasannya.

Diketahui, hikayat masuk dalam kategori prosa fiksi lama dan setiap jenis hikayat yang ada menceritakan kehidupan istana atau raja serta dihiasi oleh kejadian yang sakti atau ajaib.

Jika kamu ingin mengulik informasi lebih banyak terkait hikayat dan jenis hikayat, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta