14 Tari Tradisional Khas Sulawesi Selatan Dilengkapi Penjelasan

14 Tari Tradisional Khas Sulawesi Selatan Dilengkapi Penjelasan — Apabila menilik lebih dalam dan jauh lagi berbagai kebudayaan yang Indonesia miliki, kamu pasti akan dibuat kagum dan terpesona dibuatnya.

Begitu juga dengan beberapa tari tradisional khas suatu daerah. Di kesempatan ini, Mamikos sudah punya ulasan seputar tari tradisional khas Sulawesi Selatan yang sudah dilengkapi juga dengan penjelasannya lengkap.

Daftar Tari Tradisional Khas Sulawesi Selatan dan Penjelasannya

detik.com

Sudah siap menyimak apa saja yang termasuk dalam daftar tari tradisional khas Sulawesi Selatan tersebut, mari simak selengkapnya penjelasan yang sudah Mamikos rangkum di bawah ini.

1. Tari Kipas Pakarena

theinsidemag.com

Di urutan pertama tari tradisional khas Sulawesi Selatan ada Tari Kipas Pakarena yang sering ditampilkan sebagai bagian dari promosi pariwisata di Sulawesi Selatan.

Tari Pakarena menjadi salah satu ikon kebudayaan di Sulawesi Selatan lo. Pada masa lampau, tarian Pakarena sering ditampilkan sebagai salah satu media pemujaan kepada para dewa.

Keindahan dan keunikan gerak dari tari Pakarena ini kemudian lambat laun menjadi media hiburan bagi khalayak luas.

Biasanya tarian ini dipentaskan oleh 4 penari serta diiringi dengan alat musik berupa gandrang dan puik-puik.

Dari gerakan yang dipentaskan oleh 4 penari wanita tersebut terdapat beberapa filosofi yang menceritakan mengenai kehidupan.

2. Tari Ma’badong

dictio.id

Tari tradisional khas Sulawesi Selatan selanjutnya yang Mamikos bahas adalah Tari Ma’badong yang merupakan tarian kedukaan dari suku Toraja.

Tari satu ini menjadi bagian dari ritual Badong dalam pesta atau upacara Rambu Solo. Tari Ma’badong merupakan tarian yang dilakukan untuk menghibur keluarga dari orang yang meninggal.

Tarian ini dapat dilakukan oleh keluarga orang meninggal itu sendiri, rekan, tetangga ataupun orang lain.

Para penari Badong atau pa’badong akan menggerakkan semua anggota tubuh ketika melakukan tarian.

Mulai dari bahu yang maju-mundur hingga kedua lengan yang diayunkan serentak ke depan dan ke belakang. Pa’badong akan membawakan tarian dalam formasi melingkar.

3. Tari Pattennung

seringjalan.com

Tari Pattennung adalah tari tradisional khas Sulawesi Selatan tepatnya dari suku Bugis. Tarian satu ini menggambarkan kesabaran dan ketekunan wanita Bugis dalam menenun.

Para penari Pattennung biasanya akan memakai baju bodo panjang, curak lakba, lipaq sabbe (sarung), dan hiasan bangkara, ponto, danrante ma’bule, yang adalah pakaian khas tradisional Sulawesi Selatan.

Dalam bahasa Bugis, Pattennung memiliki arti sebagai orang yang menenun. Oleh karena itu, Tari Pattennung mengisyaratkan ketekunan, kesabaran, dan ketelitian dalam proses menenun.

Jurnal Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan pernah menyebutkan Tari Pattennung merupakan tari kreasi yang umumnya dipentaskan pada momen suka cita.

Misalnya saja seperti penjemputan tamu, acara pesta adat, ataupun dalam kegiatan perlombaan dan festival di daerah tersebut.

4. Tari Manimbong

detik.com

Tari Manimbong adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari suku Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat suku Toraja akan mementaskan Tari Manimbong untuk merayakan suka cita dan sebagai bentuk ungkapan syukur mereka.

Biasanya Tari Manimbong ini hanya dipentaskan dalam upacara adat Rambu Tuka’. Tak jarang tarian ini juga dipentaskan pada acara adat seperti pernikahan atau peresmian rumah adat (Tongkonan) yang baru atau selesai direnovasi.

Tarian khas daerah Sulsel ini juga dianggap sebagai bentuk ibadah oleh masyarakat suku Toraja. Hal ini dikarenakan menurut kepercayaan suku Toraja, tarian ini merupakan bentuk perapalan doa-doa ucapan syukur.

5. Tari Ma’randing

budaya-indonesia.org

Tari Ma’randing merupakan sebuah tari tradisional khas Sulawesi Selatan yang dipentaskan pada upacara kematian laki-laki bangsawan di Toraja.

Tarian khas daerah Sulawesi Selatan ini juga masih berhubungan erat dengan upacara Rambu Solo. Hanya saja untuk tarian ini biasanya dibawakan saat pemakaman besar mereka yang memiliki kasta lebih tinggi atau bergelar bangsawan.

Dalam membawakan tari tradisional ini para penari akan menggunakan pakaian perang dan senjata tradisional. Secara mendasar, tari ini merupakan sebuah tari partriotik atau tari perang.

Tarian Ma’randing biasanya dipentaskan oleh beberapa orang yang masing-masing penarinya akan membawa perisai besar, pedang dan ornamen lainnya.

Masing-masing objek yang dibawa akan menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau menjadi simbol kekayaan, sebab hanya orang kaya yang memiliki hewan kerbau sendiri.

Lalu pedang (doke, la’bo’ bulange, la’bo’ pinai, la’bo’ todolo) melambangkan kesiapan untuk pergi berperang, yang sekaligus menyimbolkan sikap berani.

6. Tari Pa’gellu

id.wikipedia.org

Tari Pa’gellu adalah tarian tradisional khas Sulawesi Selatan yang juga berasal dari suku Toraja yang dipentaskan sebagai hiburan. Biasanya tarian ini dibawakan untuk menyambut tamu, perkawinan, pesta rakyat, dan lain sebagainya.

Berdasarkan informasi yang Mamikos kutip dari dari laman Dispar Toraja Utara, Pa’gellu atau Ma’gellu dalam bahasa setempat mengandung arti menari-nari dengan riang gembira sambil menggoyangkan tangan dan badan dengan gemulai.

Tari Pa’gellu yang juga populer dengan istilah Pa’gellu Pangala pertama kali diciptakan oleh Nek Datu Bua’.

Saat itu Nek Datu Bua’ baru kembali dari medan peperangan yang lalu dirayakan dengan aksi tari-tarian penuh sukacita.

Saat itu belum ada alat musik gendang sehingga mereka yang menari hanya menggunakan lesung sebagai pengiring tarian para penari.

7. Tari Pajoge

seringjalan.com

Tari Pajoge merupakan sebuah tari tradisional Sulawesi Selatan yang tepatnya berasal dari Bone. Konon mulanya tarian ini adalah media hiburan bagi kalangan istana atau kediaman para ningrat.

Para penari tari tradisional Pajoge adalah gadis-gadis dengan latar belakang kalangan rakyat biasa. Masing-masing penari akanmembawakan tarian seorang diri sambil menyanyi lalu mencari pasangan tari dari kalangan penonton.

Kemudian, sang gadis penari akan memberi daun sirih pada lelaki yang telah dipilih untuk ikut menari. Pajoge memiliki tiga makna lo.

Mulanya Tari Pajoge akan dibedakan menjadi dua yakni Pajoge Makkunrai dan Pajoge Angkong. Pajoge Makkunrai diampilkan oleh para gadis. Sementara Pajoge Angkong akan dipentasan oleh penari waria.

Dari kedua jenis di atas, Pajoge Makkunrai menajdi tari tradisional yang lebih berkembang dan lebih sering dipentaskan hingga saat ini.

Berbagai gerakan pada Tari Pajoge Makkunrai antara lain adalah gerakan tettong mabborong atau berkumpul, mappakaraja atau melakukan penghormatan, mappasompe atau memberi hadiah, ballung, mappacanda yang artinya bergembira.

matteka yang adalah menyeberang, massessere yang adalah mengelilingi, majjulekkalebba yang artinya melangkah lebar, mattappo yang artinya menebar, maggalio yang adalah meliukkan badan, mappaleppa yang artinya bertepuk tangan, dan massimang yang artinya pamit.

8. Tari Pakkuru Sumange

youtube.com/Ala Sulsel

Tarian Pakkuru Sumange adalah sebuah tari tradisional Sulawesi Selatan yang tepaynya berasal dari Kabupaten Soppeng. Tari Pakkuru Sumange mengandung arti memanggil sukma untuk hidup damai, diberkahi, tenang, serta memperoleh rezeki melimpah.

Berdasarkan informasi yang Mamikos kutip dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, asal nama ‘Pakkuru Sumange’ ini diambil dari Bahasa Bugis yakni Mappakkuru Sumange yang memiliki arti sukma.

Makanya Pakkuru Sumange pun dapat diartikan sebagai tarian yang memanggil sukma.

Tari tradisional ini merupakan tari daerah yang memiliki simbol tentang kehidupan, kedamaian, serta rezeki yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

Tari Pakkuru Sumange biasanya dipentaskan saat hendak menyambut tamu dan meminta doa restu saat akan menyelenggarakan suatu acara. Tak hanya itu saja, tarian ini menjadi simbol dan lambang persahabatan dan keakraban.

9. Tari Gandrang Bulo

seringjalan.com

Tari gandrang bulo menjadi salah satu tari daerah yang berasal dari Sulawesi Selatan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Biasanya tarian ini dipentaskan ketika momen pesta rakyat.

Berdasarkan info yang dikutip dari Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual RI, asal kata Gandrang bulo diambil dari dua kata, yaitu “gandrang” untuk merujuk pada tabuhan atau pukulan dan kata “bulo” yang artinya bambu.

Tarian khas Sulsel ini menjadi simbol keceriaan lantaran di dalamnya tariannya diselipkan berbagai humor yang membuat penontonnya terhibur dan tertawa.

Mulanya Ganrang Bulo menjadi tarian yang hanya diiringi oleh gendang. Seiring waktu, tarian ini sudah diiringi pula oleh lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat dengan kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa para penontonnya.

10. Tari Paduppa Bosara

selasar.com

Paddupa Bosara adalah sebuah tari tradisional khas Sulawesi Selatan yang dibawakan untuk menyambut tamu kehormatan. Tari daerah ini menggambarkan orang Bugis senantiasa menghidangkan Bosara sebagai tanda syukur serta kehormatan saat mereka kedatangan tamu.

Kata bosara merujuk kepada satu kesatuan utuh yang terbagi di dalam piring. Dimana di atas piring tersebut diberi alas berupa kain rajutan dari wol, dan di atasnya juga ditempatkan piring lagi untuk menjadi tempat menyimpan kue dan tutup bosara.

Tari Paddupa Bosara berasal dari bahasa bugis duppa yang memiliki arti bertemu, menjemput atau berjumpa. Bosara adalah piring dan tudung saji khas suku Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan.

Tari Paddupa Bosara merupakan sebuah tari kebesaran Suku Bugis-Makassar yang pada masa lampau, perempuan masih dianggap memiliki letak malunya atau siri’ di bagian wajahnya.

Tari Paddupa lalu hadir untuk memaknai bahwa kecantikan bukanlah hal utama sebab yang terpenting adalah hati atau wirasa yang dipancarkan oleh si penari.

11. Tari Pa’bitte Passapu

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

Tarian khas daerah Sulawesi Selatan selanjutnya adalah Pa’bitte Passapu yang berasal dari masyarakat adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba.

Tarian adat satu ini tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan disebutkan dalam laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kemdikbud RI.

Tari tradisional ini berawal dari masyarakat etnis Makassar terdahulu yang masih bagian dari kaum bangsawan yang menggemari permainan sabung ayam.

Sabung ayam merupakan kegiatan untuk mengekspresikan keberanian seseorang. Oleh sebab itu banyak anak raja dan pengawal istana terjun ke arena sabung ayam demi menunjukkan keberanian mereka, yang biasanya dibarengi dengan taruhan.

Setelah ajaran Islam masuk ke Kerajaan Gowa yang menjadi induk kerajaan Makassar, secara perlahan kegiatan dan budaya sabung ayam pun mulai menghilang.

Hal tersebut dikarenakan aktivitas sabung ayam menjadi kegiatan judi sekaligus bentuk penyiksaan terhadap binatang.

Masyarakat kemudian mencari hal lain yang bisa diadu untuk menghibur diri sekaligus menyalurkan minat. Sehingga kemudian tercipta tarian Pa’bitte Passapu yang menyabung sapu tangan (passapu).

12. Tari Sere Bissu Maggiri

tradisiunggul.pmb.brin.go.id

Tari Sere Bissu Maggiri menjadi tarian daerah Sulawesi Selatan berikutnya yang jadi salah satu warisan budaya dan berasal dari Kabupaten Bone.

Dilansir dari situs Warisan Budaya Tak Benda Kemdikbud RI, tari tradisional ini diperkirakan sudah ada sejak zaman pemerintahan raja Bone pertama, yang bergelar To Manurungeng Ri Matajang.

Tari khas Sulses ini dibawakan oleh 12 orang bissu dan memiliki tujuh ragam gerak. Setiap ragam gerak tarinya memiliki makna tertentu yang sesuai dengan pola dan bentuknya.

Tarian daerah Sulsel ini juga popule disebut sebagai tari memangil roh. Tak hanya itu saja. Tari ini juga berfungsi sebagai sarana untuk pelaksanaan upacara adat yang bersifat magis dan religius.

Misalnya saja pada upacara adat Mattompang Arajang, upacara pencucian benda-benda kerajaan, upacara adat perkawinan hingga upacara kelahiran dari keluarga raja.

Tari Sere Bissu Maggiri merupakan sebuah tari tradisional yang dipentaskan oleh seorang bissu, makanya tarian ini populer juga dengan nama tari mabbissu.

Maggiri memiliki arti menusuk-nusukkan keris ke tubuh bissu, seperti area-area vital seperti leher, perut, atau pergelangan tangan.

Para bissu yang melakukan pertunjukan tari ini dianggap kemasukan roh serta mendapat kekebalan tubuh dari senjata tajam.

13. Tari Salonreng

jadesta.kemenparekraf.go.id

Tarian tradisional Sulawesi Selatan di bahasan Mamikos berikutnya adalah Tari Salonreng yang berasal dari suku Makassar.

Tari Salonreng masih bisa dijumpai di berbagai daerah yang ditinggali etnik atau suku Makassar, salah satunya Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, dan daerah lainnya.

Asal-usul Tari Salonreng ini hanya dapat diketahui melalui cerita leluhur yang bersifat mitos. Berdasarkan mitos yang diyakini oleh masyarakat suku Makassar, asal kata Salonreng berasal dari “sa” yang berarti pelaku gerak (orang yang bergerak) dan lonre (ma’lonre-lonre) yang memiliki arti berkelompok.

Makanya Salonreng diartikan sebagai tari yang dilakukan dengan berkelompok. Sementara pengertian Salonreng lainnya berasal dari kata Salonreng yang berarti selendang.

Hal tersebut diperkuat dengan pemakaian selendang sebagai properti tari yang dipakai oleh para penari Salonreng tersebut.

Tari Salonreng ini dipercaya berasal dari sebuah mitos yang berasal dari zaman kerajaan Gowa (abad XVII). Di masa itu, masyarakatnya masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Tari ini pun dianggap sebagai bentuk pemujaan kepada Batara (dewa), sang penguasa bumi dan langit, serta pemujaan pada arwah para leluhur.

Biasanya, penari Tari Salonreng adalah para wanita dewasa. Namun, ada juga Tari Salonreng yang dipentaskan gadis remaja.

Gerakan Tari Salonreng cenderung sederhana. Para penarinya akan menggunakan properti selendang, mengenakan baju bodo dan sarung sutera.

14. Tari Pa’pangngan

disbudpar.torajautarakab.go.id

Tari Pa’pangngan merupakan tarian daerah yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan yang biasanya dibawakan oleh gadis-gadis yang memakai baju hitam atau gelap serta mengenakan ornamen khas Toraja seperti kandaure.

Kata panggan sendiri memiliki arti sirih. Penawaran sirih tersebut menjadi simbol untuk menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan dianggap sebagai bagian dari masyarakat Toraja.

Penawaran tersebut secara simbolis diungkapkan masing-masing penari yang memegang sirih (pangngan) dan ditempatkan dalam kantong di depan busana tari mereka.

Bahasan mengenai jenis-jenis tari tradisional khas Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan penjelasannya di atas harus Mamikos akhiri juga sampai di sini.

Senoga saja apa yang telah kamu baca dan simak pada bahasan tari tradisional khas Sulawesi Selatan di atas dapat memperkaya wawasan kamu seputar tari khas di Indonesia.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta