Contoh Cerita Hikayat Si Miskin beserta Strukturnya dalam Bahasa Indonesia

Cerita Hikayat Si Miskin adalah salah satu cerita hikayat yang penuh dengan pelajaran moral. Simak contoh ceritanya di sini.

25 Agustus 2024 Fajar Laksana

Si Miskin menarik napas yang sangat panjang. Tubuhnya kemudian terasa sedikit lebih lega.

Dengan perlahan, ia mencoba bangkit untuk berdiri. Kemudian, ia bergegas masuk ke hutan untuk mencari umbi-umbian agar bisa makan.

Hari terus hari dan waktu terus berjalan. Si Miskin akhirnya memutuskan untuk tinggal di tepian hutan bersama dengan istrinya.

Hidup susah dan miskin seperti itu rupanya telah menjadi kehendak dari Yang Maha Kuasa. Namun, rupanya rezeki datang dalam bentuk yang lain yang mana sang istri ternyata hamil sudah 3 bulan.

Setiap harinya, ia menangis hendak menyantap buah mangga di taman raja. Ia terus merengek kepada Si Miskin agar ia mau mengambilkan buah mangga tersebut.

Resolusi I

Si Miskin yang merasa tidak mempunyai kuasa tentu saja bingung menanggapi permintaan istrinya tersebut.

Ia pun akhirnya berkata bahwa permintaannya tidak masuk akal dan cenderung menjerumuskannya pada kematian.

Jangankan masuk ke istana raja, datang ke rumah warga kampung saja ia tidak berani karena pasti akan diusir dan dilempar batu.

Setelah mendengar jawaban dari suaminya, perasaan sang istri menjadi semakin sedih dan gundah gulana. 

Tangisannya semakin tidak terbendung, sehingga membuat Si Miskin merasa sangat nelangsa. Mendengar tangisan istrinya, hati Si Miskin menjadi sangat pilu seperti tersayat pisau.

Dalam hatinya berkata bahwa ia tidak ingin mengecewakan istrinya. Demi buah hati di dalam kandungan istrinya, akhirnya Si Miskin rela untuk mengorbankan apa saja, termasuk nyawanya.

Ia sudah bertekad untuk datang kembali ke istana itu dan mencarikan buah mangga untuk istrinya.

Bukan ke taman kerajaan, Si Miskin justru pergi menuju ke pasar. Saat berada di depan kedai buah mangga, ia berhenti dengan ragu-ragu.

Meskipun sangat ingin meminta mangga tersebut, Si Miskin tetap diselimuti rasa takut jika akan diusir dan dianiaya seperti dulu.

Melihat orang yang berpakaian compang-camping di depan kedainya, sang penjual buah merasa iba dan akhirnya memberikan sedikit dagangannya untuk orang tersebut.

Tidak hanya penjual mangga, bahkan beberapa pedagang lain juga merasa kasihan melihat Si Miskin yang hanya terdiam karena tidak memiliki uang.

Close