Contoh-contoh Cerpen 500 Kata Tentang Berbagai Tema Menarik

Contoh-contoh Cerpen 500 Kata Tentang Berbagai Tema Menarik – Cerpen merupakan karya sastra modern yang selesai dibaca dalam sekali duduk.

Makanya panjang cerpen ini sangat beragam. Biasanya sebuah cerpen dituliskan dengan panjang antara 400 kata sampai dengan kurang dari 10.000 kata.

Dalam membuat cerpen yang menarik perlu memperhatikan beberapa unsur seperti tema, alur, tokoh, dan jenis pilihan kata.

Biasanya konflik yang digunakan untuk membangun suatu cerpen sifatnya tunggal dan tidak sebanyak konflik yang ditemukan pada novel.

Di samping itu pesan yang terdapat pada cerpen umumnya lebih mudah ditemukan dibanding pesan yang terdapat pada novel.

Adanya pesan yang diselipkan pada cerpen ini dimaksud supaya cerpen yang dihasilkan seorang penulis tidak sekedar memberikan hiburan kepada pembacanya.

Tetapi juga memberikan suatu pencerahan atau tuntunan, pengetahuan, wawasan baru agar pembaca dapat menjadi pribadi yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Contoh Cerpen 500 Kata Berbagai Tema

pexels.com/@hoang-bin-20063/

Penulisan cerpen pada umumnya tidak memerhatikan jumlah kata minimal yang diperlukan.

Ada yang menulis cerpen dengan jumlah kata 100, dan ada juga yang menulis cerpen cukup dengan 500 kata.

Apabila kamu sedang mencari referensi contoh cerpen 500 kata, maka kamu sudah berada di tempat yang tepat.

Di bawah ini merupakan contoh cerpen 500 kata berbagai tema yang bisa kamu jadikan inspirasi.

Simak dengan saksama setiap contoh cerpen 500 kata yang disajikan ya.

Contoh Cerpen 500 Kata 1

Kisah Pedagang Cangkul

Santosa merupakan seorang pedagang cangkul yang sering menjajakkan dagangannya dari satu pasar ke pasar lainnya.

Sebagai pedagang cangkul Santosa tahu dengan segala konsekuensi yang harus diterimanya.

Mulai jarang pulang sampai kadang dalam sehari kadang Santosa tidak berhasil menjual sebiji pun dagangannya.

Meski demikian Santosa tetap dengan tekun dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang harus dialami dalam menjalani profesinya tersebut.

Suatu hari Santosa berjualan cangkul sampai ke sebuah pasar yang berada di kota Blitar. Saat itu pasar yang sedang didatanginya sangat ramai.

Sayangnya meski sudah banting harga dengan harga semurah mungkin. Tetapi hari itu tidak ada satu pun pacul dagangannya yang terjual.

Hal ini tentu memuat Santosa menyesal. Sebab, dengan tidak ada cangkul yang terjual artinya tidak ada ongkos yang bisa digunakan untuk pulang.

Namun, rupanya nasib baik sedang berpihak pada Santosa. Hari itu  Santosa punya seorang kenalan baru yang memberi tawaran bermalam di kediamannya.

Kenalan Santosa ini bernama Kuntet. Tanpa pikir panjang, ketika Santosa ditawari menginap di rumah Kuntet. Santosa langsung menerimanya tanpa pikir panjang.

Malam sebelum tidur Santosa dan Kuntet berbincang sebentar.

“Kamu asalnya darimana?” tanya Kuntet kepada Santosa.

“Saya dari kota Tulungagung,” jawab Santosa.

Jawaban Koplo ini membuat raut wajah Kuntet berubah. Seolah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kuntet.

Percakapan keduanya semakin asyik. Malam semakin larut dan tibalah saatnya tidur.

Sebelum tidur Santosa teringat dengan perubahan sikap pada diri Kuntet usai mendengar darimana dirinya berasal.

Sebelum tidur Santosa mencoba berjaga-jaga untuk kemungkinan terburuk.

Santosa mengambil beberapa pacul dagangannya dan lalu diletakkan di atas perut dan dadanya. Setelah pacul-pacul itu tertata. Barulah dia mengenakan selimut.

Sayangnya meski berkali-kali memejamkan mata, tetapi Santosa tidak dapat tidur. Lepas tengah malam Santosa yang masih terjaga.

Tiba-tiba saja Santosa melihat ada sesosok pria tinggi besar mendekatinya. Karena ingin tahu apa yang diperbuat orang itu.

Santosa pura-pura tidur. Tanpa disangka sosok yang masuk secara sembunyi itu dengan tanpa basa-basi langsung mengayunkan sebilah parang ke bagian dada dan perut Santosa.

Sesaat kemudian terdengar suara yang begitu nyaring yang muncul karena besi yang sedang diadu. Thuang….thuang…thuangg…thuang.

Tentu saja hal ini membuat sosok yang mengayunkan parang tadi kaget. Meski nyawanya tengah terancam.

Tapi Santosa masih mencoba diam dan terus pura-pura tidur. Ketenangan Santosa ini malah membuat sosok yang mengayunkan parang tadi semakin ketakutan.

Ia takut karena merasa ‘korbannya’ ini bukan sosok sembarangan. Tidak ingin celaka. Sosok itu lantas pergi.

Dari postur tubuh dan cara berjalannya. Santosa tahu kalau sosok yang mencoba membacoknya itu adalah Kuntet, si pemilik rumah.

Keesokan harinya Santosa berpura-pura seperti sedang tidak mengalami apa-apa. Tetapi, pagi itu perlakuan Kuntet kepadanya menjadi berubah.

Sebelum pamit dan pergi kembali ke pasar. Santosa dan Kuntet sempat ngopi dan sarapan bersama di suatu warung.

Setelah pamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Kuntet. Santosa segera kembali ke pasar. Begitu sampai di pasar. Santosa merasa ada sesuatu yang aneh.

Pagi itu Santosa melihat banyak orang yang telah menunggu di tempat yang kemarin dia gunakan untuk menggelar dagangannya.

Mereka yang menunggu itu tidak hanya ingin membeli pacul dagangan Santosa. Tetapi ada pula yang ingin berguru pada Santosa.

Mereka ingin berguru pada Santosa karena ingin tahu rahasia dan cara memiliki ilmu kebal yang membuat kulit sekeras besi dan tidak mempan dibacok, seperti yang dimiliki Santosa.

Ketika ditanya apa rahasianya agar bisa sakti dan punya kulit sekeras besi. Dengan santai Santosa menjawab,

“Harus selalu sabar, sumeleh, dan bersedia menerima kenyataan kalau hidup itu kadang tak seperti diinginkan tetapi seperti yang dijalani.”

Contoh Cerpen 500 Kata 2

Meracun Gendruwo

Sore itu setelah selesai mencari rumput sembari menunggu petang datang. Mbah Tarjo santai sejenak sembari memancing di sungai yang tidak jauh dari tempat merumputnya tadi.

Sembari menunggu umpan yang dilemparnya disambar ikan. Biasanya Mbah Tarjo menyalakan bediang untuk membakar singkong yang dicabutnya dari kebunnya.

Sore itu Mbah Tarjo terlihat sangat asyik menunggu umpannya disambar ikan.

Selain dia sudah mencium aroma singkong bakar yang wangi merebak mengusik perutnya yang mulai lapar.

Saat akan membongkar bediang untuk mengambil singkong bakarnya itu dari rumahnya terdengar suara istrinya memanggilnya.

“Pak…Pak…ada tamu!” panggil istrinya.

“Ya, sebentar,” jawab Mbah Tarjo singkat.

Mbah Tarjo pun ingat bahwa hari itu dia akan menerima bayaran atas tebon jagung yang dijualnya kepada salah seorang tetangganya.

Mbah Tarjo pun pulang sebentar untuk menemui tamunya itu. Sabit, pancing, dan singkong bakar ditinggalkan begitu saja.

Hanya rumput yang telah dimasukkannya ke dalam karung saja yang dibawanya pulang.

Begitu sampai rumah rumput tersebut segera diletakkannya di dekat kandang ternak miliknya.

Segera setelah itu ia pun cuci tangan dan menemui orang yang akan membayar tebon jagung kepadanya.

Nasib mujur tengah dialami oleh Mbah Tarjo, orang yang membayar tebon jagungnya itu memberikan uang lebih karena orang tadi istrinya baru saja mothel arisan.

“Terima kasih, Pak,” ucap Mbah Tarjo saat menerima uang tersebut.

Setelah berbincang sejenak orang yang membayar tebon jagung itu pun pergi.

Uang yang diterimanya itu lantas diberikan sepenuhnya kepada istrinya. Setelah menyerahkan uang kepada istrinya.

Mbah Tarjo pun segera kembali ke pinggir sungai untuk melihat umpannya dan ingin menikmati singkong yang dibakarnya tadi.

Namun, alangkah kagetnya saat kembali ia mengetahui bahwa singkong yang dibakarnya tadi sudah tidak ada.

Awalnya, Mbah Tarjo menduga bahwa singkong yang dibakarnya itu dimakan orang atau anak-anak kecil yang kebetulan tengah mandi di sungai tersebut.

Tetapi, alangkah kagetnya saat ia mendekat bekas pembakaran singkong tadi itu ia mendengar suara orang yang bersendawa.

Anehnya, meski suaranya begitu dekat ia dengar. Tetapi tidak ada orang lain di tepian sungai tersebut kecuali dirinya sendiri.

Saat itu Mbah Tarjo sadar bahwa yang mengambil singkong bakarnya bukanlah manusia melainkan sosok genderuwo.

“Ah, sial, rupanya gendruwo yang ada sembunyi di pohon kluwih itu tidak tahu diri. Susah aku membakarnya malah dia yang menikmati. Hmm…awas ya,” gumam Mbah Tarjo.

Akhirnya sore itu Mbah Tarjo pulang dengan tangan hampa. Sore hari berikutnya Mbah Tarjo berniat mengusili genderuwo yang kemarin telah mencuri singkong yang dibakarnya.

Selesai merumput Mbah Tarjo kembali membuat bediang. Namun, kali ini yang dibakarnya bukannya singkong melainkan gadung.

Tak lama kemudian gadung yang dibakarnya itu matang. Aroma sedap gadung yang telah matang itu pun segera membubung.

Saat gadung yang dibakarnya itu matang, Mbah Tarjo lalu pura-pura pulang ke rumahnya. Dan rupanya siasat yang dilakukan oleh Mbah Tarjo ini pun berhasil.

“Hmmm, makan saja gadung yang kubakar itu,” gumam Mbah Tarjo dalam batin.

Sesaat kemudian Mbah Tarjo kembali lagi ke tempatnya memancing dan memastikan bahwa genderuwo itu benar-benar mengambil gadungnya.

Ketika itu Mbah Tarjo melihat gadung yang dibakarnya itu lenyap. Melihat gadung yang dibakarnya itu lenyap ada perasaan bahagia yang dirasakan oleh Mbah Tarjo.

Saat asyik meneruskan memancing itu tiba-tiba Mbah Tarjo mendengar ada suara orang yang muntah-muntah.

Suara orang muntah itu terdengar dengan begitu jelasnya didengar oleh Mbah Tarjo.

Dari suara muntahannya Mbah Tarjo yakin bahwa gendruwo yang memakan gadung bakarnya itu tengah keracunan.

 “Makanya jangan suka mengambil kepunyaan orang, kalau begini kamu sendiri yang tanggung akibatnya,” kata Mbah Tarjo, sembari terus memancing.

Contoh Cerpen 500 Kata 3

Kisah Monyet yang Iri pada Kuda

Beberapa hari ini Monyet merasa iri dengan kehidupan Kuda, sahabatnya. Ia mulai bosan dengan pekerjaannya.

Sebagai penjaga gudang yang dikerjakan Monyet setiap hari adalah menjaga dan memastikan semua barang di dalam gudang dalam keadaan aman dari tindak pencurian yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Guna memastikan barang-barang di dalam gudang itu aman Monyet harus selalu siap dan waspada menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.

Pada awalnya Monyet sangat menikmati pekerjaannya ini. Sebab selama menjalankan pekerjaan ini Monyet akan menempati sebuah ruangan ber-AC yang dilengkapi dengan berbagai peralatan yang canggih.

Namun karena saat bekerja hanya duduk sembari mengawasi layar komputer dan sesekali berkeliling gudang, lama kelamaan Monyet merasa bosan dengan pekerjaannya itu.

Monyet merasa iri dengan Kuda sahabatnya. Monyet beranggapan bahwa pekerjaan Kuda lebih menyenangkan daripada pekerjaannya.

Ia berpikiran demikian karena setiap harinya Kuda dapat berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk mengambil barang yang nantinya akan ditaruh di gudang yang dijaganya.

Suatu hari ketika di sebuah kantin, ketika Monyet dan Kuda sedang beristirahat untuk makan siang. Monyet bertanya kepada Kuda.

“Hai, Kuda bagaimana pekerjaanmu sekarang?”

“Meski terasa lebih berat karena semakin banyak barang yang harus kuambil setiap harinya. Tetapi aku tetap menyukai pekerjaanku karena aku dapat mengunjungi tempat-tempat yang dulu hanya kuketahui lewat buku-buku pelajaran saja.”

“Begitu ya? Kok aku jadi iri dengan kamu, ya?”

“Iri kenapa?”

“Pekerjaanmu itu loh yang membuatku iri. Kedengarannya pekerjaanmu itu menyenangkan sekali. Jauh berbeda dengan pekerjaanku.”

“Memangnya kenapa dengan pekerjaanmu?”

“Pekerjaanku sungguh membosankan. Setiap hari yang kutahu cuma itu-itu saja. Tidak seperti kamu yang setiap hari bisa menemui hal-hal baru. Andai aku bisa seperti kamu, pastinya aku akan gembira sekali.”

Usai mengatakan sesuatu yang beberapa hari terakhir mengganjal di hatinya. Monyet tadi lalu meminum es jeruk manis yang dipesannya.

Kuda yang mulai mengetahui penyebab kemurungan sahabatnya beberapa hari terakhir ini mulai mencoba meluruskan pemikiran sahabatnya.

“Kamu mungkin iri kepadaku. Tetapi tidakkah kau tahu kalau sebenarnya aku juga pernah iri denganmu?”

“Iri denganku? Apa yang membuatmu iri?”

“Tentu saja pekerjaanmu. Coba kamu pikir, selama bekerja kamu tidak pernah kepanasan. Kamu juga tidak perlu menarik beban seberat beban yang kutarik. Setiap hari yang kamu lakukan hanya duduk di ruangan yang teduh dan sejuk. 

Awalnya aku sempat merasa iri dan ingin merasakan bagaimana rasanya punya pekerjaan seperti pekerjaan yang kamu miliki itu. Tetapi setelah kupikir dengan sungguh-sungguh.

Aku tidak cocok dengan pekerjaan semacam itu. Dan apabila kamu mampu berpikir dengan sungguh-sungguh kupikir kamu juga tidak akan cocok dengan pekerjaan yang kulakoni selama ini.”

Monyet lalu terdiam. Dia mencoba menjernihkan pikirannya. Setelah terdiam untuk sementara waktu. Akhirnya, monyet bersuara.

“Kau benar temanku. Aku merasa iri padamu karena hanya melihat pekerjaanmu dari sudut enaknya saja. Dan hal itulah yang membuatku lalai pada bagian susahnya. Untuk itu aku ingin minta maaf padamu.”

“Kalau mau minta maaf jangan padaku. Minta maaflah kepada Tuhan. sebab kupikir kamu telah lupa menyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.”

Sekali lagi Monyet terdiam. Namun didiamnya kali ini. Jauh di dalam hatinya Monyet berdo’a sembari meminta maaf kepada Tuhan atas kesalahan yang telah dilakoninya.

Semenjak saat itu dia tidak lagi merasa iri lagi karena mulai hari itu Monyet tahu bahwa semua yang diberikan oleh Tuhan adalah yang terbaik bagi umatnya.

Penutup

Demikian contoh cerpen 500 kata dengan berbagai tema yang bisa diberikan.

Semoga contoh cerpen 500 kata ini dapat memberi kamu inspirasi dalam membuat cerpen.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta