3 Contoh Gaya Bahasa dalam Cerpen serta Penjelasannya Lengkap
Gaya bahasa atau majas adalah ungkapan penyampaian pesan yang menggunakan kata-kata kiasan. Baca contoh gaya bahasa dalam cerpen di dalam artikel ini.
Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang juga dapat diartikan sebagai cara pandang seorang pengarang dalam menyampaikan cerita cerpennya.
Terdapat empat jenis sudut pandang, yakni sudut pandang orang ketiga serba tahu, sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat, sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan.
Gaya bahasa
Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai senjata utama pengarang untuk menghidupkan cerita.
Unsur yang satu ini sangat penting peranannya karena menjadi faktor pemicu minat baca.
Ada beberapa macam gaya bahasa yang bisa kamu temukan di dalam teks cerpen.
Amanat
Amanat yang merupakan pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya dalam cerpennya.
Amanat ini biasanya berisikan tentang kritik sosial, ajakan, protes, dan lain sebagainya. Amanat umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tersurat dan tersirat.
2. Unsur ekstrinsik
Sedangkan, unsur ekstrinsik cerpen merupakan komponen yang pada umumnya terletak di luar cerita pendek.
Unsur ekstrinsik tersebut justru merupakan pedoman penting bagi penulis untuk merangkai cerpen.
Terdapat tiga hal utama dalam unsur ekstrinsik cerpen, yaitu latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen.
Gaya Bahasa dalam Cerpen dan Contohnya
Gaya bahasa atau biasa disebut majas adalah ungkapan penyampaian pesan yang menggunakan kata-kata kiasan.

Advertisement
Umumnya, gaya bahasa digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif, atau berupa kiasan. Oleh sebab itu, biasanya gaya bahasa memiliki sifat kiasan atau bukan makna sebenarnya.
Umumnya gaya bahasa digunakan dengan tujuan tertentu, namun pada umumnya digunakan untuk menjadikan karya sastra lebih hidup.
Selain itu, penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra juga dilakukan agar bacaan menjadi menarik dan tidak membuat orang yang membaca menjadi bosan.
Gaya bahasa umumnya banyak digunakan untuk penulisan karya fiksi, mulai dari novel, cerpen, puisi, dan karya sastra lainnya.
Jika dilihat dari pengelompokannya, gaya bahasa dibagi menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
Adapun untuk informasi lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Gaya Bahasa Perbandingan
Merupakan kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan, berikut ini adalah macam-macam gaya bahasa perbandingan:
- Metafora
Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau tingkatan lain.
Metafora merupakan majas perbandingan langsung, tidak menggunakan kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana.
Contoh: Raja siang telah bangun dari peraduannya (matahari).
- Personifikasi
Personifikasi adalah meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada benda yang tidak bernyawa.
Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak
- Depersonikasi
Depersonikasi adalah majas berupa perbandingan manusia dengan hewan atau dengan benda.
Contoh: Dikau langit, daku bumi. Aku heran melihat Joko mematung.
- Alegori
Alegori adalah majas yang membandingkan suatu hal secara tidak langsung melalui kiasan atau penggambaran yang berhubungan dalam kesatuan yang utuh.
Contoh: Suami sebagai nakhoda, istri sebagai jurumudi.
- Antesis
Antitesis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan paduan kata berlawanan arti.
Contoh: Hidup matinya manusia adalah kuasa Tuhan.
2. Gaya Bahasa Pertentangan
Jenis majas yang satu ini berisi kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis.
Adapun yang termasuk majas pertentangan antara lain:
- Litotes
Merupakan majas yang di dalam ungkapannya menyatakan hal positif dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati.
Contoh: Datanglah ke gubuk kecilku.
- Hiperbola
Merupakan majas jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan.
Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kau mengungkapkan perasaan.
- Paradoks
Merupakan majas yang mengandung pertentangan dan hanya kelihatan pada arti kata yang berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: Sinta merasa sendiri di tengah kota yang ramai.
- Klimaks
Merupakan majas berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin menekan dan memuncak.
Contoh: Sejak bibit, tumbuh menjadi kecambah, hingga kini memanennya, semua aku lakukan secara mandiri.
- Antiklimaks
Merupakan majas yang bertentangan dari klimaks. Jenis majas yang satu ini memiliki makna yang tergantung pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama makin melemah tingkatannya.
Contoh: Dari kepala badan, sekretaris, kepala bidang, hingga semua staf turut mengucapkan bela sungkawa.