Contoh Kearifan Lokal di Jawa Tengah beserta Maknanya Lengkap
Berbagai kearifan lokal Jawa Tengah menggambarkan kekayaan budaya dan warisan tradisional yang dimiliki oleh provinsi ini. Simak deretan contoh kearifan lokal Jawa Tengah dalam artikel ini.
Upacara mitoni sendiri memiliki makna bahwa pendidikan seorang anak tidak hanya dimulai ketika sang anak sudah beranjak dewasa.
Namun, dimulai ketika anak masih ada di dalam kandungan ibu pada usia ke-7 bulan.
Pendidikan yang dimaksud adalah agar seorang ibu dapat menjaga kandungannya dengan melakukan hal-hal baik, serta menjauhi hal-hal buruk.
Upacara mitoni dijalankan dengan, memandikan air kembang kepada sang calon ibu yang dibarengi dengan doa-doa sakral.
Nah, doa tersebut bertujuan agar bayi yang sedang di dalam kandungan sang ibu dapat lahir dengan selamat.
Sebagai informasi tambahan, biasanya siraman dilakukan oleh para sesepuh atau orang yang dituakan dengan jumlah tujuh orang.

Advertisement
4. Upacara Tedak Siten
Upacara tedak siten juga dikenal dengan upacara turun tanah. Nah, salah satu contoh kearifan lokal di Jawa Tengah ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dari orang tua terhadap kelahiran anaknya.
Biasanya, upacara tedak siten diselenggarakan saat seorang anak sudah berusia 7 x 35 hari. Upacara ini dimaksudkan ingin memperkenalkan anak untuk pertama kalinya turun ke bumi.
Upacara tedak siten umumnya dilangsungkan pada pagi hari, sesuai hari dan tanggal kelahiran anak.
Ada beberapa perlengkapan yang tidak boleh dilupakan selama berjalannya upacara ini, yaitu nasi tumpeng lengkap dengan sayur mayurnya, jenang boro-boro, dan beras kuning.
Tidak hanya makanan saja, dalam upacara tedak siten juga sudah dilengkapi dengan barang-barang yang bermanfaat. Barang-barang tersebut misalnya saja seperti alat tulis, buku, dan sebagainya.
5. Mubeng Benteng
Di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah tradisi Malam Satu Suro masih dilestarikan. Salah satu bentuk pelestariannya adalah dengan melakukan tradisi mubeng benteng.
Tradisi mubeng benteng adalah tradisi mengelilingi benteng keraton di Yogyakarta yang merupakan simbol dari refleksi dan introspeksi diri.
Ketika mengelilingi keraton, para peserta mubeng benteng tidak diperkenankan mengeluarkan suara. Selain itu, peserta juga tidak diperbolehkan untuk makan dan minum.
Kegiatan mubeng benteng hingga kini masih diselenggarakan dan terbuka untuk umum, jadi siapa saja bisa ikut.