Contoh Kearifan Lokal di Jawa Tengah beserta Maknanya Lengkap
Berbagai kearifan lokal Jawa Tengah menggambarkan kekayaan budaya dan warisan tradisional yang dimiliki oleh provinsi ini. Simak deretan contoh kearifan lokal Jawa Tengah dalam artikel ini.
6. Tradisi Dugderan
Tradisi dugderan merupakan salah satu contoh kearifan lokal di Jawa Tengah selanjutnya yang dilakukan setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadan di Kota Semarang.
Acara dugderan yang dilakukan masyarakat Semarang dan didukung pemerintah setempat selalu berlangsung meriah.
Tradisi dugderan sendiri merupakan cerminan dari perpaduan tiga etnis masyarakat Semarang, yaitu Jawa, Arab, dan Tionghoa.
Dugderan sendiri berasal dari kata ‘dug’ yang berarti bunyi bedug yang ditabuh, dan ‘der’ yang merupakan bunyi tembakan meriam.
Pelaksanaan tradisi dugderan selalu dilakukan sehari menjelang Ramadan.
Ketika tradisi ini dimulai, Bedug Masjid Besar Kauman akan dipukul dan disusul dengan penyulutan meriam di halaman pendapa kabupaten di Kanjengan, Semarang.

Advertisement
Dalam tradisi dugderan terdapat ikon yang berupa ‘Warak Ngendog’ sebagai wujud hewan berkaki empat (kambing) dan kepala yang menyerupai naga.
Warak Ngendhog tersebut secara tidak langsung menjadi perpaduan budaya Arab, Jawa, dan Tionghoa.
Tradisi dugderan diperkirakan telah berlangsung sejak 1881 sejak Semarang dipimpin oleh Bupati RMTA Purbaningrat.
Tujuan diselenggarakannya tradisi ini adalah penentuan awal puasa, karena adanya perbedaan pendapat penentuan awal puasa saat itu.
Prosesi dugderan ditandai dengan adanya pasar malam dugderan, ritual pengumuman awal puasa, dan kirab budaya Warak Ngendog.
Nah, rute kirab dimulai dari Balai Kota Semarang, Masjid Agung Kota Semarang, dan Masjid Agung Jawa Tengah.
7. Popokan
Popokan merupakan salah satu tradisi di Desa Sendang, Kelurahan Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Merupakan salah satu contoh kearifan lokal Jawa Tengah, tradisi popokan atau perang lumpur merupakan wujud rasa syukur khususnya petani Desa Sendang kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh.
Singkatnya, tradisi ini bertujuan untuk memohon keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat setempat khususnya pada petani.
Prosesi tradisi popokan umumnya terdiri dari bersih sendang, tumpengan, kirab budaya, sedekah desa, dan popokan (perang lumpur).
Keberadaan tradisi popokan ini erat kaitannya dengan mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Sendang yang sebagian besar adalah pertanian, khususnya padi dan palawija.