Macam-macam Majas dalam Bahasa Jawa dan Contohnya Lengkap

Macam-macam Majas dalam Bahasa Jawa dan Contohnya Lengkap – Majas merupakan gaya bahasa yang penggunaannya sudah sangat familiar di masyarakat.

Namun bagaimana dengan macam-macam majas dalam Bahasa Jawa, apakah kamu juga mengetahuinya? Ternyata, penggunaan majas dalam Bahasa Jawa juga hal lumrah, terutama pada orang yang sudah kenal dekat.

Mungkin kamu sendiri juga sering menggunakan majas dalam percakapan, hanya jenisnya saja yang berbeda-beda. 

Info Lengkap Macam-macam Majas dalam Bahasa Jawa

Pexels.com/@karolina-grabowska

Keberagaman majas tak jarang membuat beberapa orang kebingungan.

Bila kamu salah satu di antaranya, maka sudah berada di tempat yang tepat. Berikut penjelasan terlengkap mengenai majas berikut contohnya dalam Bahasa Jawa. 

Sekilas tentang Majas

Sebelum membahas lebih jauh, mari mengenal pengertian majas terlebih dahulu.

Beberapa ahli mungkin ada perbedaan pendapat, tetapi sederhananya majas ialah gaya bahasa untuk menyampaikan pesan dengan kalimat kiasan atau imajinatif. 

Namanya kiasan, maka penyampaian tersebut tidak langsung pada makna yang kamu maksud. Meski demikian, penggunaan majas bisa memberi kesan lain kepada pembaca atau lawan bicara. 

Efek paling terasa cenderung ke sisi emosional, karena penyampaiannya lebih lembut, indah, dan mengena di hati.

Hal ini juga berlaku pada macam-macam majas dalam Bahasa Jawa yang mempunyai beragam fungsi. 

Fungsi Majas 

Penerapan majas tidak hanya pada tulisan saja, beberapa orang juga menggunakannya untuk berkomunikasi dalam keseharian. Lantas, apa fungsi dan tujuan penggunaan majas?

  • Menciptakan sebuah imajinasi melalui rangkaian kata-kata yang indah. 
  • Apabila berupa tulisan, maka bisa mendekatkan antara pembaca dengan si penulis.
  • Membangun nilai esensial, sehingga tulisan mempunyai makna yang lebih mendalam.
  • Mengarahkan pembaca untuk menciptakan sugesti positif kepada penulis. 
  • Meningkatkan ketertarikan pembaca kepada dunia sastra.
  • Menyampaikan suatu perihal dengan cara lebih halus.

Macam-Macam Majas dalam Bahasa Jawa

1. Majas Perbandingan

Majas perbandingan atau pertentangan ialah gaya bahasa untuk menyandingkan suatu hal dengan obyek lain, agar tampak perbedaannya. Jenis majas ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yakni:

Asosiasi 

Majas asosiasi ialah gaya bahasa dengan menambahkan konjungsi untuk menyamakan dua hal yang berbeda, seperti bak, laksana, bagaikan, dan ibarat. Berikut contoh majas asosiasi dalam Bahasa Jawa:

  • Kakang karo adhi rupane koyo pinang diiris dadi loro
  • Atine Bu Nuri memang atos, kaya bongkahan watu 

Metafora 

Majas metafora ialah kiasan singkat yang tersusun secara rapi dan biasanya tidak menggunakan konjungsi, melainkan hanya berupa frasa.

Penggunaan majas metafora dalam bahasa Jawa sudah sangat biasa, contohnya:

  • Siti kui pancen ayu, pantes dadi kembang desa
  • Ratna lagi dadi kembang lambe ning desa

Personifikasi 

Majas personifikasi ialah kalimat perumpamaan untuk benda mati yang seolah-olah mempunyai kemampuan seperti makhluk hidup.

Ciri utamanya, yakni keberadaan kata sifat atau kata kerja yang melekat pada benda mati. Contohnya:

  • Bengi mau angine ngamuk, gawe geger wong sak desa
  • Ana sumilir angin sing nggegirisi rambutku sing teles

Hiperbola

Majas hiperbola ialah kalimat kiasan untuk mengungkapkan sesuatu secara berlebihan atau lebay. Biasa digunakan untuk membandingkan dua hal yang sangat berlawanan, agar kesannya lebih mendalam, seperti:

  • Agung le nyambut gawe nganti adus keringet, wajar nek saiki dadi wong sukses
  • Cintaku kanggo sliramu, seamba Samudera Hindia

Eufimisme

Majas eufimisme ialah kalimat atau kata untuk mengungkapkan sesuatu yang dianggap kurang etis, kasar, menyakiti atau merugikan lawan bicara. Misalnya, penggunaan kata kencing diubah menjadi buang air kecil. 

Alegori 

Majas alegori ialah penggambaran atau penyampaian sesuatu dengan kiasan. Apabila kamu ingin menggunakannya dalam Bahasa Jawa, berikut beberapa contoh yang bisa diikuti:

  • Bojo yaiku nahkoda sing mengarungi urip bareng karo keluarga
  • Awake manungso kuwi kaya mesin. Nek ora ana wektu istirahat, ya bakal rusak

Simile 

Majas simile ialah majas untuk membandingkan suatu aktivitas dengan sebuah ungkapan. Meski mirip dengan asosiasi, tetapi perbandingan pada majas simile lebih tampak eksplisit, seperti: 

  • Uripku koyo banyu sing ana ning duwur godhong talas
  • Rudi karo Ratno kaya, ibarat banyu karo lenga

Metonimia

Majas metonimia ialah kalimat kiasan untuk menyandingkan sesuatu dengan sebuah istilah atau benda yang bersifat lebih umum. Kamu pasti sudah sangat sering menemukannya dalam sehari-hari, seperti:

  • Mas Nando lagi nyukur kumis nganggo Tiger (merek pisau cukur)
  • Bapak tindak kantor nitih Honda (sebutan untuk sepeda motor)

Sinekdoke 

Majas sinekdoke ialah majas penyebutan suatu bagian untuk mewakili keseluruhan (sinekdoke pars pro toto) maupun sebaliknya atau totem pro parte. Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa contoh berikut:

  • Lomba bulutangkis Indonesia lawan Vietnam pancen nyenengake ati 

Sinestesia

Majas sinestesia ialah ungkapan untuk menggambarkan rasa dari suatu indera dengan menyandingkannya pada indera yang lain. Lantas, bagaimana penerapannya dalam Bahasa Jawa?

  • Suaramu alus tenan, marai adem ning ati
  • Ambune parfummu marai wetengku dadi eneg 

Alusio 

Majas alusio ialah penggunaan kata-kata yang menggambarkan masa lalu untuk menjabarkan atau menjelaskan suatu peristiwa, contoh:

  • Ngrungokake kisah cintamu marai aku kelingan karo cerita perjuangane simbahku
  • Rasane nelongso tenan, weruh uripe Siti kaya zaman Cinderella 

Eponim 

Majas eponim ialah penggunaan sifat dari sesuatu untuk menyampaikan atau menggambarkan topik pembicaraan. Ciri khasnya, yakni keberadaan karakter atau tokoh terkenal, seperti:

  • Negoro iki butuh Gajah Mada ben bisa maju. 
  • Wong wedok kudu iso dadi Kartini ing zaman modern iki. 

2. Majas Pertentangan

Gaya bahasa ini digunakan untuk menjelaskan suatu hal atau peristiwa yang bertentangan atau berkebalikan dari kejadian aslinya. Majas pertentangan terbagi menjadi tiga jenis, yakni:

Litotes

Majas litotes merupakan menjadi kebalikan dari hiperbola, yaitu dengan cara mengecilkan atau menyempitkan sesuatu.

Namun, majas litotes ini bukan bertujuan untuk mengejek orang lain, melainkan merendahkan hati, contoh:

  • Sumonggo diunjuk, namung toya pethak
  • Sugeng rawuh wonten gubug reyote kawula

Paradoks 

Majas paradoks ialah gaya bahasa yang bertujuan untuk menyampaikan pernyataan dengan mengedepankan fakta yang ada. Jenis majas yang satu ini biasa digunakan dalam proses pembuatan novel, seperti:

  • Gajine memang gede banget, nanging uripe tetep wae melarat
  • Rido rumangsa sepi senajan ono ing tengah-tengah pesta

Antitesis 

Majas antesis merupakan sejenis kalimat kiasan yang menggabungkan dua kata dengan makna berlawanan atau antonim. Agar kamu semakin paham, pahami contoh di bawah ini:

  • Enom lan tuwa, gedhe lan cilik, podo bareng-bareng ngaleksanake gotong royong ing dino Minggu wingi 
  • Akeh apa setitik, rezeki kudu disyukuri 

3. Majas Sindiran

Kamu pernah menyindir seseorang untuk sesuatu hal atau perilakunya? Ada cara lain untuk mengatakannya agar tidak terlalu kentara, yakni melalui majas sindiran yang terdiri dari lima jenis:

Ironi

Majas ironi ialah gaya bahasa yang menggunakan kalimat kiasan untuk menggambarkan kondisi yang bertentangan. Mirip dengan antitesis, tetapi lebih berupa sebuah kalimat utuh. Berikut contohnya:

  • Suaramu pancen apik, kaya suara knalpot becak 
  • Kamarmu rapi banget, kaya nembe ono angin topan

Sinisme 

Majas sinisme ialah kalimat kiasan untuk menyampaikan sindiran, tetapi dengan penggunaan kata yang lebih halus. Tujuannya, agar lawan bicara tidak merasa tersinggung maupun sakit hati, seperti:

  • Awakmu ambune ora karuan, tetapi nek dikongkon adus angel tenan
  • Sifatmu kurang becik, makane ning tempat makaryo akeh sing ora seneng

Sarkasme 

Majas sarkasme merupakan kebalikan dari sinisme, dimana kalimat sindiran disampaikan secara kasar. Sebaiknya kamu tidak menggunakan seperti contoh berikut, karena bisa menyakiti hati orang lain:

  • Bodho tenan awakmu, soal gampang kaya ngono ora iso njawab
  • Kaya ngana wae iso! Nek ora kerja, awakmu mung bakal dadi sampah masyarakat

Satire 

Majas satire ialah ungkapan yang menggunakan majas ironi, sinisme, maupun sarkasme dengan tujuan untuk menertawakan atau mengecam suatu kebiasaan, gagasan, dan lain-lain, seperti:

  • Halah, masak dijiwit sepisan langsung abang!

Innuendo

Majas innuendo ialah gaya bahasa yang sifatnya mengecilkan fakta asli. Nama majas yang satu ini kurang begitu populer, maka perhatikan contoh berikut ini:

  • Mimpi kui mung kembange turu, ora perlu kowe gagas jeru-jeru
  • Larane pas sunat kuwi mung kaya dicokot semut, ora usah wedi

4. Majas Penegasan

Majas penegasan ialah kalimat kiasan yang bertujuan untuk memperkuat pengaruh kepada pembaca atau lawan bicara, agar setuju dengan suatu informasi.

Sama seperti majas perbandingan, jenis gaya bahasa ini juga cukup banyak, yakni:

Pleonasme 

Majas pleonasme ialah kalimat kiasan yang menggunakan kata bermakna sama sebagai kalimat kiasan dengan tujuan untuk melakukan penegasan. Bagaimana penerapannya dalam keseharian?

  • Aku nyekseni kedadean kasebut, kanthi mripatku dhewe
  • Bal bunder langsung mlebu makbleng ana gawang

Repetisi 

Majas repetisi ialah gaya bahasa dengan menerapkan pengulangan kalimat atau kata dalam bentuk yang berbeda, tetapi mempunyai makna sama. Dengan begitu, maksud dari pembicara menjadi lebih tegas, seperti:

  • Dheweke mung siji, siji-sijine sing tak enteni, siji-sijine sing tak arep-arep kanggo ngelipur laraku 

Retorika 

Majas retorika ialah kalimat kiasan dengan melontarkan pertanyaan, tetapi tidak membutuhkan jawaban, karena sudah jelas kondisi di lapangan seperti apa.

Berikut majas retorika yang biasa ditemukan dalam keseharian: 

  • Nalika wingi tiba saka motor, lara apa ora?
  • Apa pernah kebutuhan pokok mudhun pas nyedhaki Idul Fitri?

Klimaks 

Majas klimaks ialah gaya bahasa dengan kelompok kata untuk menunjukkan sebuah tingkatan, tetapi penyebutannya berurutan dari paling rendah ke tinggi. Bagaimana penerapannya dalam Bahasa Jawa?

  • Kabeh wong, mulai bayi, anak-anak, remaja, nganthi wong tuwa padha ngungsi, amarga ana gempa
  • Kepala desa, walikota, gubernur, lan presiden kudu dipilih adhedhasar kabisanane

Antiklimaks 

Majas antiklimaks ialah kalimat kiasan yang berkebalikan dengan majas klimaks, yakni penyebutan tingkatan dilakukan mulai dari paling tinggi menuju rendah.

Perhatikan contoh berikut, agar kamu paham di mana letak perbedaannya:

  • Saben dina Senin, awit staf tekan karyawan podo nglaksanakake upacara
  • Ning toko Madani, kabeh ukuran sandhangan ana, mulai XXL, XL, L, M, tekan S

Tautologi 

Majas tautologi ialah majas yang di dalamnya terdapat pengulangan kata dalam suatu kalimat sebanyak beberapa kali untuk menegaskan maksud. Kamu bisa menerapkan contoh majas tautologi berikut: 

  • Sepine bengi iki, sepi marang pangarep-arep iki
  • Sampeyan kuwat. Sampeyan gagah. Sampeyan pancen paling jempolan

Paralelisme 

Majas paralelisme ialah gaya bahasa dengan melakukan pengulangan suatu kata beberapa kali, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Untuk Bahasa Jawa, kamu bisa memerhatikan contoh berikut ini:

  • Pancen aku krungu, pancen aku weruh, pancen mung aku sing tresna

Macam-macam majas dalam Bahasa Jawa di atas baru sebagian, mungkin suatu saat nanti kamu akan menemukan jenis lainnya.

Tetap stay tune di Mamikos untuk update informasimu dengan akses langsung ke link berikut ini. 


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta