Rangkuman Sejarah Kerajaan Mataram Islam, Raja-raja, Letak, dan Masa Kejayaan

Rangkuman Sejarah Kerajaan Mataram Islam, Raja-raja, Letak, dan Masa Kejayaan – Di tengah gemerlap sejarah Nusantara, Kerajaan Mataram Islam muncul sebagai titik cemerlang yang memancarkan kekuasaan dan kebijaksanaan. 

Dari para penguasa yang mendirikan kekuasaannya hingga letak geografisnya yang strategis, dan masa kejayaannya yang mempesona, kerajaan ini membentuk sebuah babak penting dalam perjalanan sejarah pulau Jawa. 

Yuk simak rangkuman sejarah Kerajaan Mataram Islam berikut ini sampai akhir ya!

Rangkuman Sejarah Kerajaan Mataram Islam secara Umum

https://kompas.com/

Kerajaan Mataram Islam adalah entitas pemerintahan di pulau Jawa yang berkembang setelah runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno dan pergeseran kekuasaan ke wilayah timur Jawa pada abad ke-16 Masehi. 

Kerajaan Mataram Islam terkenal dalam dua bentuk utama, yaitu Mataram Islam Kartasura dan Mataram Islam Ngayogyakarta, yang merupakan penerus dari Kerajaan Mataram Kuno.

Mataram Islam Kartasura adalah salah satu kerajaan islam yang didirikan oleh Sultan Agung pada awal abad ke-17 Masehi, dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Agung dan Sultan Ageng Tirtayasa. 

Sultan Agung dikenal sebagai pemimpin yang gigih dan ambisius, yang berhasil menyatukan sebagian besar Jawa dan menghadapi kolonial Belanda dalam Perang Jawa pada tahun 1628-1629.

Setelah runtuhnya Kartasura, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kartasura dan kemudian ke Yogyakarta.

Mataram Islam Ngayogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755 setelah Perjanjian Giyanti yang membagi wilayah Mataram antara Sunan Pakubuwono III dan Sultan Hamengkubuwono I. 

Kerajaan ini dikenal dengan sistem pemerintahannya yang efisien dan stabil.

Yogyakarta menjadi pusat kebudayaan dan pemerintahan, dan sultannya memiliki peran yang signifikan dalam mempertahankan budaya Jawa tradisional.

Kerajaan Mataram Islam menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa yang kental dengan ajaran Islam.

Seni, sastra, dan arsitektur berkembang pesat di bawah perlindungan dan dorongan dari penguasa-penguasa Mataram. 

Candi-candi seperti Candi Ratu Boko dan Masjid Agung Kotagede menjadi bukti arsitektur monumental pada masa itu.

Namun, pada abad ke-18, kekuasaan Mataram mulai berkurang seiring dengan tekanan kolonial Belanda dan persaingan internal.

Pada akhirnya, Kerajaan Mataram Islam kehilangan kemerdekaannya dan menjadi bagian dari Hindia Belanda. 

Meskipun begitu, warisan budaya dan sejarah Mataram Islam tetap hidup dalam bentuk tradisi, seni, dan kebudayaan Jawa yang terus diteruskan hingga saat ini. Itulah sejarah Kerajaan Mataram Islam secara umum.

Daftar-daftar Kerajaan Mataram Islam

Dalam rangkuman sejarah Kerajaan Mataram Islam tentu melibatkan beberapa wangsa yang memerintah pada periode yang berbeda.

Namun, untuk memberikan gambaran umum, berikut adalah beberapa daftar kerajaan yang terkait dengan Mataram Islam beserta tahun pemerintahan sultan atau raja yang signifikan:

  • Mataram Islam Kartasura:
    • Sultan Agung (1613–1645)
    • Amangkurat I (1646–1677)
    • Amangkurat II (1677–1703)
    • Amangkurat III (1703–1704)
    • Pakubuwono I (1704–1719)
    • Pakubuwono II (1726–1749)
  • Mataram Islam Surakarta (Kasunanan Surakarta):
    • Pakubuwono III (1749–1788)
    • Pakubuwono IV (1788–1820)
    • Pakubuwono V (1820–1823)
    • Pakubuwono VI (1823–1830)
    • Pakubuwono VII (1830–1858)
    • Pakubuwono VIII (1859–1861)
    • Pakubuwono IX (1861–1893)
    • Pakubuwono X (1893–1939)
  • Mataram Islam Ngayogyakarta (Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat):
    • Hamengkubuwono I (1755–1792)
    • Hamengkubuwono II (1792–1810)
    • Hamengkubuwono III (1810–1811)
    • Hamengkubuwono IV (1811–1823)
    • Hamengkubuwono V (1823–1855)
    • Hamengkubuwono VI (1855–1877)
    • Hamengkubuwono VII (1877–1921)
    • Hamengkubuwono VIII (1921–1939)
    • Hamengkubuwono IX (1940–1988)
    • Hamengkubuwono X (1998–sekarang)

Penting untuk dicatat bahwa daftar ini mungkin tidak mencakup semua penguasa dan dapat terjadi perubahan dalam sejarah pemerintahan yang lebih rinci.

Sejarah kerajaan sering kali kompleks dan bisa melibatkan pergantian penguasa yang terkait dengan peristiwa-peristiwa tertentu dalam sejarah politik dan sosial.

Letak Demografis Kerajaan Mataram Islam

Letak juga menjadi bagian dari rangkuman kerajaan Mataram Islam yang terletak di pulau Jawa, Indonesia.

Pulau Jawa memiliki posisi geografis yang strategis, terletak di antara pulau Sumatra di barat dan Bali di timur, serta di antara Laut Jawa di utara dan Samudera Hindia di selatan. 

Pulau ini memiliki iklim yang subur dan kondisi geografis yang mendukung pertanian, sehingga menjadi basis yang sangat baik untuk pembentukan kerajaan dan peradaban.

Kerajaan Mataram Islam memiliki pusat-pusat kekuasaan utama yang bergeser seiring waktu. Awalnya, Mataram Islam Kartasura menjadi pusat pemerintahan di bawah Sultan Agung.

Namun, akibat Perang Jawa dan runtuhnya Kartasura, pusat pemerintahan dipindahkan ke Surakarta dan Yogyakarta.

Surakarta (Kasunanan Surakarta) dan Yogyakarta (Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat) tetap menjadi pusat kekuasaan yang penting dalam sejarah Mataram Islam. 

Kedua kerajaan ini terletak di bagian tengah pulau Jawa, dengan Surakarta di timur daya dan Yogyakarta di barat daya, tidak terlalu jauh dari ibu kota saat ini, Yogyakarta.

Keberadaan Mataram Islam di pulau Jawa memberikan dampak besar pada perkembangan budaya, agama, dan kehidupan sosial masyarakat di wilayah tersebut.

Pulau Jawa dengan letaknya yang strategis dan tanah yang subur telah menjadi pusat peradaban penting dalam sejarah Indonesia.

Masa Kejayaan Mataram Islam 

Masa Kejayaan Mataram Islam, terutama di bawah pemerintahan Sultan Agung pada awal abad ke-17, merupakan periode gemilang dalam sejarah Indonesia.

Sultan Agung berhasil membangun dan memperkuat Kerajaan Mataram Islam Kartasura, menyatukan berbagai wilayah di pulau Jawa. 

Periode ini dicirikan oleh pembentukan struktur pemerintahan yang kompleks, sistem kebudayaan yang kaya dengan pengaruh Islam dan tradisi Jawa, serta kemegahan seni dan arsitektur.

Puncak dari masa kejayaan tersebut adalah Perang Jawa melawan Belanda pada tahun 1628–1629, yang dipimpin oleh Sultan Agung.

Meskipun Mataram mengalami kekalahan, perlawanan sengit ini menciptakan momen heroik yang membentuk identitas nasional Indonesia. 

Seni rupa dan arsitektur mencapai puncaknya dengan pembangunan Candi Ratu Boko dan ukiran-ukiran relief monumental di Candi Borobudur.

Mataram Islam Kartasura menjadi pusat kebijakan pemerintahan dan kebudayaan, tetapi setelah konflik suksesi dan perang, pusat pemerintahan dipindahkan ke Surakarta dan Yogyakarta. 

Proses ini melahirkan dua kerajaan baru, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang masing-masing melanjutkan warisan budaya dan sejarah Mataram Islam. 

Meskipun mengalami kemunduran akibat tekanan kolonial dan faktor-faktor internal, masa kejayaan Mataram Islam tetap menjadi tonggak penting dalam pembentukan identitas dan warisan budaya Indonesia.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam merupakan hasil dari serangkaian peristiwa kompleks pada abad ke-18 di pulau Jawa. 

Faktor utama yang menyebabkan keruntuhan ini adalah serangan kolonial Belanda, yang dimulai setelah Perang Jawa pada 1628-1629 dan mencapai puncaknya dengan pembagian wilayah Mataram melalui Perjanjian Giyanti pada 1755. 

Perselisihan suksesi di antara pangeran-pangeran keraton dan perang saudara menghancurkan stabilitas politik dan militer, memberikan kesempatan bagi Belanda untuk memperluas pengaruh mereka.

Kondisi ekonomi Mataram melemah karena tanam paksa yang diterapkan oleh Belanda, yang memberlakukan beban pajak berat pada masyarakat.

Sumber daya yang semakin terkuras dan sistem pemerintahan yang terfragmentasi melemahkan daya tahan kerajaan terhadap tekanan eksternal. 

Perubahan politik pada abad ke-19 dengan adopsi sistem tanam paksa oleh pemerintah kolonial serta peningkatan pengaruh Barat juga ikut berkontribusi pada runtuhnya Mataram Islam.

Pada akhirnya, Mataram Islam kehilangan kedaulatannya, dan pulau Jawa menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Meskipun sebagai entitas politik Mataram Islam runtuh, warisan budayanya tetap hidup dalam bentuk tradisi dan sejarah lokal, memberikan kontribusi yang berkelanjutan terhadap identitas budaya Indonesia.

Peninggalan Kerajaan Mataram Islam 

Dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam, ada peninggalan Kerajaan Mataram Islam, khususnya di pulau Jawa, mencakup berbagai aspek kehidupan, seni, arsitektur, dan budaya.

Berikut adalah penjelasan lengkap tentang peninggalan tersebut:

1. Bangunan Arsitektur Megah

Peninggalan paling monumental dari Kerajaan Mataram Islam adalah candi-candi yang dibangun pada masa kejayaannya.

Candi Ratu Boko dan ukiran-ukiran relief di Candi Borobudur adalah contoh arsitektur megah yang mencerminkan kekayaan seni rupa dan keagungan budaya pada masa itu. 

Struktur-struktur ini tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga mewakili kecemerlangan teknik bangunan dan kebijaksanaan estetika pada zamannya.

2. Seni Pertunjukan dan Sastra

Warisan sastra dan seni pertunjukan pada masa Mataram Islam melibatkan karya-karya sastra berbahasa Kawi dan seni pertunjukan seperti wayang kulit. 

Karya sastra seperti Serat Centhini, Kakawin Ramayana, dan Kakawin Bharatayuddha mencerminkan kecerdasan intelektual masyarakat Mataram pada saat itu.

Seni pertunjukan seperti wayang kulit menjadi media penting untuk menyampaikan nilai-nilai budaya, agama, dan sejarah.

3. Karya Seni Ukir dan Kerajinan Tangan

Seni ukir dan kerajinan tangan juga mencerminkan kehebatan seniman dan pengrajin Mataram Islam.

Ukiran kayu yang rumit di istana-istana, masjid, dan benda-benda seni menunjukkan tingkat keterampilan tinggi pada masa itu. 

Pernak-pernak perhiasan, ukiran mebel, dan kerajinan tangan lainnya juga menjadi bagian dari warisan seni dan kerajinan Mataram.

4. Sistem Pertanian dan Sistem Irigasi

Peninggalan Mataram Islam juga dapat dilihat dalam sistem pertanian yang maju dan sistem irigasi yang kompleks. 

Mata air, saluran air, dan bendungan yang dibangun pada masa itu masih menjadi bukti fisik dari kebijakan agraris dan manajemen sumber daya air yang efisien.

Sistem ini mendukung keberlanjutan pertanian dan kesejahteraan masyarakat.

5. Prasasti dan Benda-Benda Arkeologis

Prasasti-prasasti seperti Prasasti Karangtengah dan Prasasti Sojomerto memberikan wawasan tentang sejarah dan kehidupan masyarakat pada masa Mataram Islam. 

Selain itu, benda-benda arkeologis seperti tembikar dan artefak-artefak lainnya memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari dan kegiatan ekonomi pada masa itu.

6. Peninggalan Struktural dan Kota-Kota Bersejarah

Selain candi-candi, terdapat pula peninggalan struktural lainnya seperti istana dan masjid-masjid. 

Kedua keraton, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, adalah contoh penting dari peninggalan arsitektural dan kultural Mataram Islam.

Kota-kota bersejarah seperti Solo (Surakarta) dan Yogyakarta juga menampilkan warisan budaya dan arsitektur yang khas.

7. Peninggalan Tradisi dan Kearifan Lokal

Warisan Mataram Islam juga terus hidup dalam bentuk tradisi-tradisi dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Upacara-upacara adat, tradisi kesenian, dan praktik-praktik keagamaan masih dipertahankan oleh masyarakat di wilayah-wilayah yang pernah menjadi pusat kekuasaan Mataram Islam.

Semua peninggalan ini bersama-sama menciptakan gambaran yang kaya dan kompleks tentang masa kejayaan Mataram Islam, memberikan fondasi bagi identitas budaya Indonesia yang terus berkembang hingga saat ini.

Budaya Saat Zaman Kerajaan Mataram Islam

Budaya pada zaman Kerajaan Mataram Islam, terutama pada abad ke-17 hingga ke-18 Masehi, mencerminkan perpaduan unik antara nilai-nilai tradisional Jawa dan ajaran Islam. 

Berikut adalah gambaran lengkap tentang budaya saat zaman Kerajaan Mataram Islam:

Agama dan Kehidupan Keagamaan

Agama Islam menjadi komponen integral dari kehidupan masyarakat Mataram.

Pusat-pusat kekuasaan, seperti istana dan masjid, menjadi simbol penting dalam kehidupan keagamaan.

Masyarakat mengikuti praktik-praktik Islam, dan kehidupan keagamaan tercermin dalam upacara-upacara adat, perayaan-perayaan agama, dan tradisi-tradisi keislaman.

Seni Pertunjukan dan Sastra

Seni pertunjukan, terutama wayang kulit, memainkan peran penting dalam menyampaikan nilai-nilai budaya, kisah epik, dan ajaran-ajaran keagamaan. 

Kakawin, puisi dalam bahasa Kawi, menjadi bentuk sastra utama pada masa itu.

Karya sastra seperti Kakawin Ramayana dan Kakawin Bharatayuddha menggambarkan cerita-cerita epik Hindu dalam konteks keislaman.

Sistem Pemerintahan dan Struktur Sosial

Sistem pemerintahan Mataram Islam mencerminkan struktur sosial yang terorganisir dengan baik. Pemerintahan berbasis keraton dengan sultan sebagai pemimpin tertinggi.

Struktur sosial bersifat kasta dan didasarkan pada ajaran-ajaran Hindu-Jawa.

Masyarakat dibagi menjadi kelas-kelas sosial, dan sistem ini mencerminkan hubungan yang erat antara kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual.

Budaya pada zaman Kerajaan Mataram Islam mencerminkan perpaduan harmonis antara unsur-unsur tradisional Jawa dan ajaran Islam, menciptakan kekayaan dan keberagaman dalam warisan budaya Indonesia.

Penutup

Demikian sejarah kerajaan mataram islam, kita dapat menemukan pelajaran, inspirasi, dan penghargaan akan keberagaman serta kecemerlangan peradaban yang pernah bersemi di pulau Jawa.

Semoga rangkuman sejarah kerajaan mataram islam, raja-raja, letak, dan masa kejayaan ini dapat bermanfaat untukmu ya!

Jangan lupa untuk membaca artikel-artikel lainnya dari Mamikos untuk referensi belajar yang lebih lengkap.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta