Ringkasan Cerita Rakyat Batu Menangis Singkat dari Kalimantan Barat Beserta Gambarnya
Jika kamu sedang mencari ringkasan cerita rakyat Batu Menangis. Kamu dapat melihat contohnya pada artikel dari Mamikos ini.
Dikatakan ibunya tuli membuat Darmi jengkel.
“Iya, Bu. Sebentar saya masih sibuk. Cerewet amat jadi orang tua,” kata Darmi.
“Darmi! Cepat sini,” bentak ibunya yang sudah kehilangan kesabaran.
“Iya…ya.. sebentar,” kata Darmi dengan nada kesal.
Darmi pun menemui ibunya.
“Ada apa, Bu? Kenapa ibu ngomel-ngomel terus sih? Ganggu kesenangan orang saja.”
“Bagaimana ibu tidak ngomel kalau kamu sukar diatur. Ibu mau tanya kamu kan yang mengambil uang yang ibu simpan di sini,” kata ibunya sambil menunjukkan sebuah bumbung kosong.
“Kalau iya memangnya kenapa, Bu? Ada yang salah?”

Advertisement
“Jelas salah. Kamu mengambilnya tanpa persetujuan dari ibu. Kamu tahu tidak itu sama artinya dengan maling?”
“Bukannya ibu pernah bilang punya ibu adalah punyaku juga? Jadi tidak salah dong kalau aku mengambil tanpa persetujuan dari ibu?”
“Kamu pakai buat apa uang simpanan ibu? Beli baju lagi?”
“Iya, memangnya salah? Memangnya ibu tidak suka anak ibu terlihat cantik?”
“Kamu ini benar-benar. Darmi, kamu harus tahu bahwa kita ini orang susah. Kenapa kamu beli baju terus. Kamu tahu tidak uang ini rencananya mau ibu pakai untuk membenahi atap rumah kita yang bocor. Kamu memangnya tidak malu punya baju bagus tapi rumahnya jelek?”
“Tidak dong, Bu. Lebih baik punya rumah jelek tapi baju bagus daripada punya rumah bagus tapi pakaiannya jelek. Kalau soal kita susah, itu salahnya ibu. Kenapa ibu tidak bekerja lebih keras lagi atau ibu jual saja sawah peninggalan ayah.”
“Dasar kamu ini memang susah dikasih tahu.”
Pertemuan dengan Lelaki Idaman
Merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menyadarkan anaknya. Akhirnya ibunya memilih pergi.
Sementara Darmi kembali mencoba baju barunya lagi. Selang beberapa hari kemudian. Darmi berkunjung ke pasar bersama ibunya.
Di sana dia bertemu dengan seorang lelaki tampan yang kelihatannya berasal dari keluarga yang kaya raya.
Pemuda itu rupanya tertarik dengan kecantikan Darmi. Saat Darmi melihat-lihat sebuah kalung emas. Pemuda itu berkata, “Jika nona memang menginginkannya. Ambil saja.”
Tentu Darmi senang bukan kepalang. Tetapi Darmi berusaha menutupinya.
“Siapakah tuan. Kita baru berjumpa tetapi kenapa tuan begitu baik sehingga mau membelikan kalung mahal ini kepada saya?” tanya Darmi.
“Namaku Zulkarnain, anak dari saudagar paling kaya dari kota sebelah. Aku tertarik dengan kecantikan nona. Siapakah nama nona?” tanya sang pemuda.
“Namaku Darmi.”
“Nama yang sungguh indah. Maaf jika saya lancang. Apakah nona sudah punya pasangan hidup? Jika belum aku ingin menjadikan nona sebagai pendamping hidup.”