Ringkasan Cerita Rakyat Lutung Kasarung dan Purbasari Pendek Beserta Pesan Moralnya
Jika kamu sedang mencari ringkasan cerita Lutung Kasarung lengkap dengan pesan moralnya. Maka kamu harus menyimak ringkasannya pada artikel dari Mamikos berikut ini.
Ringkasan Cerita Rakyat Lutung Kasarung dan Purbasari Pendek Beserta Pesan Moralnya – Lutung Kasarung merupakan cerita rakyat dari Jawa Barat. Melalui cerita rakyat ini kita diajarkan untuk menepati janji yang telah diucapkan apapun resikonya.
Walau kisah ini sudah ratusan tahun lamanya, tetapi nilai moral yang terkandung di dalamnya masih relevan untuk diterapkan di kehidupan sekarang.
Tentang Cerita Rakyat Lutung Kasarung dan Purbasari
Daftar Isi [hide]
Pepatah Jawa mengatakan bahwa ajining dhiri saka lathi yang artinya adalah harga diri seseorang ada pada lidahnya.
Makna dari pepatah ini adalah seseorang akan memiliki harga diri selama dia menjaga lidahnya dari perbuatan yang tidak baik seperti berdusta dan memfitnah.
Jika kamu ingin mengetahui bagaimana ringkasan cerita Lutung Kasarung dan Purbasari. Berikut ini adalah ringkasan cerita rakyat Lutung Kasarung.
Ringkasan Cerita Rakyat Lutung Kasarung
Menurut cerita rakyat Lutung Kasarung. Zaman dahulu hiduplah seorang raja bernama Prabu Tapa Agung yang memerintah di sebuah kerajaan Pasir Batang.
Beliau memiliki tujuh orang putri yang bernama Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, dan Purbasari.
Dibanding dengan kakak-kakaknya Purbasari lebih unggul dalam segala bidang. Purbasari sangat ahli dalam ilmu kepemimpinan, perpolitikan, hingga sastra.
Selain itu Purbasari dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Sudah tak terhitung berapa kali Purbasari membantu rakyat miskin di kerajaannya. Hal inilah yang membuat Prabu Tapa Agung sangat menyayangi putri bungsunya.
Suatu hari Prabu Tapa Agung mengundang seluruh putrinya untuk hadir dalam sebuah acara yang diadakan di pasewakan.
Dalam kesempatan itu Prabu Tapa Agung mengatakan bahwa dirinya ingin memulai kehidupan baru sebagai pertapa di hutan.
Keputusan Prabu Tapa Agung ini tentu membuat semua yang hadir dalam acara tersebut bukan main kagetnya.
Advertisement
Setelah sang raja berkata demikian, semua yang hadir pada acara itu tidak sabar menanti siapakah yang akan ditunjuk sebagai pengganti sang raja.
Sesaat kemudian Prabu Tapa Agung mengatakan bahwa Purbasari yang akan menggantikannya menjadi pemimpin di kerajaan Pasir Batang.
Keputusan Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari disambut dengan gembira oleh para prajurit dan para pembesar kerajaan.
Di antara yang hadir dalam pasewakan itu hanya Purbararang yang tidak senang dengan penunjukan Purbasari sebagai pemimpin baru di kerajaan Pasir Batang.
Purbararang yang merupakan putri sulung dari Prabu Tapa Agung merasa bahwa dirinya lebih berhak memerintah di kerajaan Pasir Batang daripada Purbasari, adik bungsunya.
Meski hatinya tidak senang dengan penunjukan yang dilakukan ayahandanya. Tetapi Purbararang berusaha menutupi rasa tidak senangnya tersebut.
Kebencian Purbararang
Menurut cerita rakyat Lutung Kasarung. Selang beberapa hari kemudian Prabu Tapa Agung meninggalkan kerajaan.
Beliau menuju suatu hutan yang letaknya berada di lereng gunung Ciremai. Di sana beliau, menjadi pertapa supaya bisa lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Ketika sang raja telah meninggalkan kerajaan. Muncullah keinginan Purbararang untuk merebut tampuk kekuasaan dari tangan adiknya.
Purbararang memikirkan bagaimana cara yang paling tepat untuk merebut singgasana kerajaan yang saat ini diduduki Purbasari.
Setelah melakukan berbagai pertimbangan, akhirnya Purbararang berhasil menemukan cara yang tepat untuk menyingkirkan Purbasari.
Ia bekerja sama dengan seorang dukun dari aliran hitam. Berkat kekuatan sihir yang dimiliki sang dukun, kulit mulus milik Purbasari berubah menjadi bernanah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Melihat perubahan yang terjadi pada tubuh adiknya. Purbararang segera menyebarkan fitnah bahawa jika tidak segera diasingkan. Purbasari akan menebar wabah mematikan ke seluruh penjuru kerajaan Pasir Batang.
Fitnah yang disebar oleh Purbararang ini pun berhasil. akhirnya Purbasari diusir meninggalkan kerajaan.
Sepeninggal Purbasari tampuk kekuasaan Pasir Batang langsung dikuasai Purbararang. Meski sama-sama memiliki paras yang cantik, tetapi Purbararang memiliki watak yang jauh berbeda dengan Purbasari.
Purbararang memerintah dengan sangat kejam. Ia menaikkan pajak hingga berkali-kali lipat besarnya.
Uang yang didapat dari penarikan pajak ini bukannya digunakan untuk membangun kerajaan dan mensejahterakan rakyat, tetapi justru digunakan untuk menggelar pesta dan untuk kesenangan pribadinya.
Sebenarnya sudah banyak tetua kerajaan yang mengingatkan supaya Purbararang tidak berperilaku demikian.
Sayangnya, semua orang yang mengingatkan dan menolak perintahnya langsung dijatuhi hukuman yang berat.
Selain itu kepada rakyat yang telat atau enggan membayar pajak. Purbararang tak segan untuk memenjarakannya.
Kekejaman Purbararang dalam memerintah ini membuat banyak warga kerajaan Pasir Batang yang tidak betah.
Mereka yang sudah tidak betah dengan keputusan dan kebijakan Purbararang memilih untuk meninggalkan kerajaan.