Ringkasan Hikayat Tanjung Lesung Singkat beserta Nilai Atau Pesan Moralnya
Mungkin kamu pernah mendengar tentang hikayat Tanjung Lesung yang diwariskan di Banten? Di sini, Mamikos akan meringkas hikayat Tanjung Lesung dan nilai moral yang terkandung di dalamnya.
Ia berbicara pada anjingnya, “Kita akan menjelajah,” ujarnya.
“Perjalanan kita akan jauh. Siap-siaplah!” Kali ini dia menginstruksikan hal itu pada kudanya.
Raden Budog juga membawa senjata setianya, sebuah golok serta batu pengasah yang selalu ia bawa dalam setiap perjalanan. Setelah segalanya terpakai, ia pun menaiki kudanya dan memulai perjalanan ke arah utara.
Anjing setianya kini berjalan di depan sebagai pemandu dan pengawas dari potensi bahaya yang mungkin muncul.
Perjalanan Tanpa Henti
Lima hari lamanya ia menempuh perjalanan ke utara tanpa istirahat yang cukup, yang akhirnya membuat kudanya kelelahan. Meski begitu, dia penasaran mengenai keberadaan gadis pujaannya itu.
Alih-alih mengambil waktu untuk istirahat, Raden Budog memutuskan untuk terus melaju dalam perjalanannya, tanpa menghiraukan medan yang penuh tantangan dan kelelahan yang mendera.

Advertisement
Ketika tiba di Kampung Cimahpar, kudanya ambruk. Gerakan kudanya yang tiba-tiba ini membuat Raden Budog ikut tersungkur. Ia pun berguling hingga ke bawah lereng.
Setelah terjatuh, Raden Budog mengambil kesempatan untuk berhenti sejenak, membuka persediaan makanannya, dan menyantapnya dengan penuh selera.
Tidak berapa lama kemudian, dia kembali berdiri, mengumpulkan semangat dan mengajak anjing serta kudanya untuk secepatnya melanjutkan perjalanan. “Mari kita berangkat sekarang!” serunya.
Namun, ketika hendak menaiki kudanya, ia mendapati pelana telah rusak.
Ia pun melepaskan pelana dari punggung kuda dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki saja bersama kedua hewan peliharaannya.
Karang Kuda dan Karang Anjing
Perjalanan Raden Budog, bersama anjing dan kudanya, membawa mereka ke suatu tempat yang disebut Tali Alas. Di lokasi ini, ia terpana oleh keelokan lautan biru yang membentang luas dari barat sampai timur.
Setelah mengagumi pemandangan itu, ia melanjutkan perjalanannya hingga tiba di Pantai Cawar. Di sana ia sempat berendam di air untuk membersihkan tubuhnya yang lengket.
Kemudian, tidak lama setelah itu, ia mulai mencari anjing dan kudanya, berharap untuk memulai lagi perjalanan panjang mereka.
“Mari kita berangkat sekarang!” teriak Raden Budog pada kedua sahabat binatangnya yang tampak menikmati waktu santai di tepi pantai.