Ringkasan Hikayat Tanjung Lesung Singkat beserta Nilai Atau Pesan Moralnya

Mungkin kamu pernah mendengar tentang hikayat Tanjung Lesung yang diwariskan di Banten? Di sini, Mamikos akan meringkas hikayat Tanjung Lesung dan nilai moral yang terkandung di dalamnya.

07 November 2023 Ririn

Akan tetapi, berbeda dengan sebelumnya, baik anjing maupun kuda tampak tidak bereaksi terhadap panggilan majikannya dan tetap terdiam.

Raden Budog, merasa frustasi dan meninggikan suaranya dan meminta dua hewan peliharaannya itu segera beranjak.

Sayangnya, anjing dan kuda tersebut terlalu lelah untuk bergerak, apalagi untuk meneruskan perjalanan.

Akhirnya, Raden Budog memutuskan untuk meninggalkan mereka dan melanjutkan pencariannya atas gadis yang muncul dalam mimpinya sendirian.

Sepeninggal Raden Budog, kedua hewan tersebut tetap bergeming. Mereka kemudian menjelma menjadi batu karang.

Di Pantai Cawar saat ini, ada batuan yang bentuknya mirip dengan anjing dan kuda, yang kemudian dikenal sebagai Karang Anjing dan Karang Kuda.

Alunan Lesung yang Merdu

Raden Budog tidak menghiraukan kelelahan yang membelenggunya. Obsesinya untuk menemukan wanita jelita yang sering hadir dalam mimpi begitu menguasai dirinya.

Sampai-sampai, ia tidak menyadari goloknya tertinggal, hanya menyertakan tas kulit yang berisi batu pengasah.

Pada suatu titik dalam perjalanannya, meskipun merasa sangat lelah, ia tetap memutuskan untuk tidak beristirahat.

Ia malah memutuskan untuk mengurangi beban tasnya, mengeluarkan batu pengasah yang dirasa hanya menambah beban.

Dan begitulah, dikatakan bahwa batu pengasah yang Raden Budog tinggalkan di tempat yang kini dikenal sebagai Legon Waru masih ada hingga saat ini, berubah wujud menjadi terumbu karang yang disebut Karang Pengasahan.

Raden Budog melanjutkan ekspedisi berat dan melelahkannya itu. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan tiba-tiba dan lebat, memaksa Raden Budog untuk berlindung di gua, menunggu sampai hujan berhenti.

Namun, obsesi kembali menguasainya hingga Raden Budog meneruskan perjalanannya yang sempat ditunda.

Dia menyeberangi sungai dengan arus yang kuat karena dilanda banjir, dan sampailah dia di sebuah desa. Di sana, ia terpikat oleh irama lesung yang memikat.

Suara merdu yang menarik hati itu berasal dari rumah Nyi Siti. Ia bersama Sri Poh Haci, putrinya yang cantik jelita sedang sibuk menumbuk padi.

Mereka memiliki cara menumbuk yang khas sehingga alu tersebut menghasilkan nada yang sangat merdu.

Kegiatan itu mereka lakukan setiap hari, kecuali pada hari Jumat, hari yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat.

Close