Cerita Sejarah Asal Usul Wayang, Pengertian, Fungsi, dan Ciri-cirinya Lengkap

Penasaran bagaimana munculnya wayang di Indonesia? Baca teks cerita asal muasal wayang di artikel berikut ini.

04 Oktober 2024 Fajar Laksana

Di dalam prasasti tersebut, termuat kalimat si Galigi mawayang bwat Hyang macarita Bima Kumara, yang artinya kurang lebih ‘Galigi menggelar pertunjukan wayang untuk dewa dengan menceritakan kisah Bima Kumara’.

Tidak ada detail bagaimana bentuk wayang yang dimainkan Galigi, namun yang jelas para peneliti memperkirakan bahwa wayang yang dimainkan berbentuk semacam boneka.

Selain di Prasasti Balitung, ada juga catatan tentang wayang dengan kata lain yaitu ringgit di Prasasti Kuti yang terbit di sekitar tahun 840 M dan ditemukan di Sidoarjo.

Jejak penggunaan kata wayang ataupun ringgit banyak tersebar di berbagai catatan sejarah dalam bentuk prasasti, maupun di dalam bentuk karya sastra seperti kakawin atau kidung.

Sayangnya tidak ada deskripsi mendetail terkait bentuk wayang yang dimaksud apakah sama seperti wayang di hari ini.

Cerita Sejarah Asal Usul Wayang versi Sunan Kalijaga

Konon, wayang yang kita ketahui hari ini adalah ciptaan dari Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak.

Di masa lalu, masyarakat Jawa masih akrab dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, oleh karenanya mereka menyelenggarakan wayang sebagai bentuk penghormatan pada dewa-dewa atau leluhur.

Pada pelaksanaan pementasan wayang, banyak praktik-praktik yang dianggap Sunan Kalijaga menyimpang dari ajaran Islam, misalnya kebiasaan minum tuak, kegiatan berjudi di sekitar lokasi, dan pementasannya yang berlarut-larut hingga menabrak waktu Subuh..

Sunan Kalijaga sadar bahwa mustahil untuk menghilangkan wayang atau memusnahkan wayang agar akidah Islam bisa berdiri tegap di Pulau Jawa.

Bagaimanapun, Sunan Kalijaga memandang wayang beserta ceritanya sebagai sebuah kesenian, sebagai sebuah estetika, sehingga keberadaannya sebenarnya tidak menyalahi ajaran Islam.

Adapun perkaranya adalah para penonton serta penggemarnya yang terkadang sudah terlanjur mengkultuskan salah satu sosok tokoh wayang, Semar misalnya.

Berbekal kebijaksanaan dan kepekaan estetisnya yang tinggi, Sunan Kalijaga berinisiatif untuk merombak wayang dan seluruh elemennya.

Sunan Kalijaga lalu menyelenggarakan wayang dengan cerita yang disusupi nilai-nilai akidah Islam, selain itu Sunan Kalijaga sengaja memulai wayang setelah Isya dan menuntaskan pertunjukan sebelum Subuh.

Mengingat ceritanya yang baru, tampilan wayang yang baru, dan teknis yang baru, orang-orang berbondong melihat pertunjukan wayang yang disajikan Sunan Kalijaga.

Maka dari itu, wayang pun menjadi media dakwah Islam yang efektif di masa lalu karena ceritanya mengangkat nilai-nilai Islam.

Close