Rangkuman Sejarah Kerajaan Singasari Singkat, Raja, Letak, hingga Masa Kejayaan

Rangkuman Sejarah Kerajaan Singasari Singkat, Raja, Letak, hingga Masa Kejayaan – Kerajaan Singasari sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.

Kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok ini merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang terletak di Jawa Timur.

Pada kesempatan kali ini, Mamikos akan menyajikan rangkuman sejarah Kerajaan Singasari, lengkap dengan raja-rajanya, letak, dan masa kejayaan. Mari kita simak!

Sejarah Kerajaan Singasari

canva.com/@gettyimages/5bf5911a_905

Pada poin pertama ini, mari kita bahas tentang sejarah Kerajaan Singasari.

Kerajaan Singasari, atau yang juga dikenal sebagai Kerajaan Tumapel adalah kerajaan Hindu-Buddha yang didirikan antara tahun 1222–1292 oleh Sri Ranggah Rajasa atau yang dikenal sebagai Ken Arok.

Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari setelah ia membunuh Raja Tunggul Ametung dari Kerajaan Tumapel.

Ken Arok sendiri adalah seorang prajurit yang memulai dinasti Singasari. 

Ia menikahi Ken Dedes, istri dari Raja Tunggul Ametung, dan hal ini menjadi cikal bakal berdirinya Singasari. 

Di bawah pemerintahan Ken Arok dan keturunannya, seperti Anusapati dan Wisnuwardhana, kerajaan ini berkembang pesat.

Kerajaan Singasari secara resmi tercatat dalam prasasti Kudadu (1294 M) dengan nama Kerajaan Tumapel. 

Nama Tumapel juga terdokumentasi dalam catatan sejarah Tiongkok dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

Raja-raja di Kerajaan Singasari

Selanjutnya, agar lebih mengenal sejarah Kerajaan Singasari, Mamikos akan menjelaskan siapa saja raja yang pernah berkuasa di kerajaan ini.

Berdasarkan versi Pararaton, Kerajaan Singasari memiliki beberapa raja yang memainkan peran penting dalam sejarah Jawa pada masa itu. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi

Raja pertama dalam sejarah Kerajaan Singasari versi Pararaton adalah Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi atau Ken Arok, yang juga merupakan pendiri dinasti Singasari. Dia berkuasa pada tahun 1222–1247.

Ken Arok dikenal karena membunuh Raja Tunggul Ametung dari Kerajaan Tumapel dan menikahi Ken Dedes, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Singasari.

Ken Arok lahir  tahun 1182 sebagai putra Gajah Para. Semasa muda, Ken Arok dikenal berandalan yang pandai mencuri dan gemar berjudi.

Kemudian, Ken Arok berjumpa dengan seorang Brahmana asal India yang bernama Lohgawe. 

Brahmana tersebut datang ke Jawa dalam pencarian titisan Wisnu. 

Berdasarkan ciri-ciri yang ditemui, Lohgawe yakin bahwa Ken Arok adalah orang yang sedang ia cari.

Setelah pertemuan itu, Lohgawe membimbing Ken Arok ke Kadipaten Tumapel, wilayah yang merupakan bagian dari Kerajaan Kediri dan diperintah oleh seorang akuwu bernama Tunggul Ametung.

Dengan bantuan Lohgawe, Ken Arok berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai pengawal Tunggul Ametung.

Di sanalah dia bertemu Ken Dedes, istri Tunggul Ametung dan menyukainya, sehingga membuatnya berkeinginan merebut Ken Dedes dengan cara menyingkirkan Tunggul Ametung.

2. Anusapati

Raja kedua dalam sejarah Kerajaan Singasari adalah Anusapati, putra dari Ken Arok yang memimpin pada tahun 1247–1249.

Anusapati atau disebut Panji Anusapati memiliki gelar Sri Bathara Anusapati saat menjadi raja Kerajaan Singasari.

Menurut catatan sejarah, sebenarnya Anusapati merupakan anak dari Ken Dedes dan Raja Tunggul Ametung. Namun, Anusapati baru mengetahui fakta tersebut saat dirinya tumbuh dewasa.

Setelah mengetahui fakta tersebut, Anusapati segera mencari keris buatan Mpu Gandring yang dulu digunakan oleh Ken Arok untuk membunuh ayahnya.

Setelah mendapatkan keris itu, Anusapati meminta pembantunya untuk membunuh Ken Arok. Begitu Ken Arok terbunuh, Anusapati naik tahta menjadi raja.

3. Tohjaya

Setelah berkuasa sekitar 2 tahun, Anusapati digantikan oleh Tohjaya, putra Ken Arok dari selir bernama Ken Umang.

Sama seperti Anuspati, Tohjaya mendapatkan tahtanya setelah membunuh Anusapati saat mereka sedang menyaksikan ayam tarung.

Pada suatu hari, Tohjaya mengajak Anusapati keluar untuk menonton pertarungan ayam, sesuatu yang menjadi hobi yang sering dilakukan oleh Tohjaya. 

Saat Anusapati sedang menikmati pertarungan ayam, tiba-tiba Tohjaya menyerangnya dengan menusuknya menggunakan keris Mpu Gandring, yang mengakibatkan Anusapati seketika tewas.

Selepas kematian Anusapati, Tohjaya naik takhta menjadi raja di Kerajaan Singasari. Namun, pemerintahannya hanya berlangsung 1 tahun sebelum Tohjaya tewas ditusuk.

4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana

Raja ketiga dalam sejarah Kerajaan Singasari adalah Wisnuwardhana yang memiliki nama asli Ranggawuni.

Ranggawuni atau Wisnuwardhana adalah anak Anusapati yang sempat ingin disingkirkan oleh Tohjaya.

Namun, dalam eksekusinya, pengawal Tohjaya yang bernama Lembu Ampal gagal membunuh Ranggawuni.

Karena takut dihukum Tohjaya, Lembu Ampal akhirnya memilih membelot dan ikut dalam kubu Ranggawuni. Lembu Ampal bahkan melakukan adu domba di angkatan perang Singasari hingga timbul perpecahan.

Saat Tohjaya berniat menghukum perwira perang karena gagal menyelesaikan masalah, para perwira perang dipimpin Ranggawuni justru berbondong-bondong ikut membelot dan berbalik arah menyerang Tohjaya.

Setelah kematian Tohjaya, Ranggawuni yang didampingi Mahisa Campaka (sepupunya) memimpin Kerajaan Singasari dari tahun 1250–1272 sebelum akhirnya meninggal dunia.

4. Kertanagara

Raja terakhir dalam sejarah Kerajaan Singasari versi Pararaton adalah Kertanegara atau Sri Maharaja Kertanagara.

Kertanegara diberi gelar Śrī Mahārājadhiraja Kṛtanāgara Wikrama Dharmmottunggadewa dan berkuasa sekitar tahun 1272–1292 di Singasari.

Kertanegara sendiri merupakan putra dari Wisnuwardhana yang kemudian naik takhta menggantikan ayahnya yang wafat.

Sebelum naik tahta sebagai raja Singasari, Kertanegara sebelumnya diangkat sebagai yuwaraja (putra mahkota) di Kediri pada tahun 1254. 

Dia menjadi salah satu raja Jawa pertama yang memiliki ambisi untuk memperluas kekuasaannya melampaui wilayah Jawa. 

Menurut Nagarakretagama, pada masa pemerintahannya, daerah-daerah yang menjadi bawahan Tumapel di luar Jawa antara lain; Kerajaan Melayu, Bali, Pahang, Gurun, Sunda, Madura, dan Bakulapura.

Letak Kerajaan Singasari

Setelah memahami sejarah Kerajaan Singasari beserta susunan rajanya, sekarang mari kita bahas tentang letak dari Kerajaan Singasari.

Pusat Kerajaan Singasari diperkirakan berada di Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hal tersebut selaras dengan nama kecamatan yang masih digunakan sampai sekarang, yaitu Singasari.

Tak hanya nama kecamatan, peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari juga ditemukan di sekitar Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang.

Berikut adalah beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Singasari yang masih bisa kita temui sampai sekarang:

1. Candi Jago

Menurut Negarakertagama, Candi Jago berasal dari kata “Jajaghu,” yang mengandung arti “keagungan” dan merupakan istilah yang merujuk pada tempat suci. 

Candi Jago didirikan selama masa pemerintahan Kerajaan Singasari pada abad ke-13 sebagai bentuk penghormatan terhadap Raja Wisnuwardhana, yang merupakan raja ketiga dari Singasari.

Candi Jago ini berlokasi di Dusun Jago, tepatnya di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

2. Prasasti Singasari

Dari namanya saja, sudah dapat dipastikan kalau prasasti ini adalah peninggalan sejarah Kerajaan Singasari.

Prasasti Singasari adalah sebuah prasasti bertarikh tahun 1351 M yang ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan, ditulis dengan aksara Jawa.

Prasasti Singasari saat ini disimpan di Museum Gajah.

Prasasti ini dibuat untuk memperingati pembangunan monumen yang didedikasikan untuk menghormati para brahmana dan juga Raja Kertanegara yang tewas selama pemberontakan yang dipimpin oleh Jayakatwang di Kerajaan Singasari.

3. Candi Singasari

Tak hanya Prasasti Singasari, Kerajaan Singasari juga membuat Candi Singasari yang menjadi tempat pendharmaan bagi raja Singasari terakhir, yaitu Kertanegara.

Candi ini bisa kamu temukan di Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya terletak antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuno pada ketinggian 512 meter di atas permukaan laut.

4. Arca Amoghapasa

Arca Amoghapasa adalah salah satu representasi Lokeswara yang disebutkan dalam Prasasti Padang Roco. 

Patung ini diberikan oleh Kertanegara sebagai hadiah kepada Tribhuwanaraja, yang merupakan raja Melayu di Dharmasraya, pada tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi.

Arca Amoghapasa awalnya ditemukan di situs Rambahan, sementara alas atau lapiknya ditemukan di Padang Roco. 

Saat ini, bagian lapik dan arca tersebut secara lengkap disimpan di Museum Nasional Jakarta.

5. Candi Kidal

Peninggalan sejarah Kerajaan Singasari berikutnya adalah Candi Kidal yang berlokasi di Jalan Raya, Panggung, Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Candi Kidal sendiri merupakan bangunan yang dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa Anusapati yang telah memerintah selama 20 tahun. 

Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Singasari

Setelah memahami sejarah Kerajaan Singasari beserta susunan raja dan letaknya, sekarang Mamikos akan mengajakmu mempelajari kapan masa kejayaan Singasari dan kapan Kerajaan Singasari runtuh.

Dimulai dari masa kejayaan Singasari. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan raja terakhir, yaitu Kertanegara.

Kertanegara memang terkenal sebagai raja yang memiliki cita-cita dan ambisi tinggi, seperti memperkuat Kerajaan Singasari agar bisa menaklukkan Nusantara sekaligus menyebarkan agama Hindu-Buddha ke seluruh dunia.

Untuk mewujudkan cita-citanya, Kertanegara melakukan banyak strategi, salah satunya adalah melakukan ekspedisi Pamalayu untuk menaklukkan Kerajaan Melayu di Sumatera.

Berkat kegigihan Kertanegara, Kerajaan Singasari berkembang menjadi kerajaan besar di Nusantara dengan daerah kekuasaan yang meluas, meliputi Kerajaan Melayu, Bali, Pahang, Gurun, Sunda, Madura, dan Bakulapura.

Tak hanya itu, peninggalan sejarah Kerajaan Singasari juga rata-rata dibuat pada masa Kertanegara.

Namun, usaha besar Kertanegara harus berhenti dan hancur saat terjadi pemberontakan Jayakatwang.

Menurut Kitab Negarakertagama, Jayakatwang adalah raja bawahan di Kediri yang memberontak terhadap Kertanegara di Singasari karena dendam akibat leluhurnya dikalahkan Ken Arok yang mendirikan Singasari.

Akibatnya, Jayakatwang mengirimkan pasukan untuk menyerang Singasari yang kala itu dipimpin oleh Kertanegara.

Meski kalah pada pemberontakan kedua, Jayakatwang yang cerdik akhirnya mengirim pasukan kedua yang dipimpin oleh Patih Mahisa Mundarang. 

Dalam serangan tak terduga ini, Kertanegara tewas di dalam istananya sehingga membuat Kerajaan Singasari runtuh. Jayakatwang menjadi raja dengan menjadikan Kediri sebagai pusat pemerintahannya. 

Penutup

Itu dia rangkuman sejarah Kerajaan Singasari, lengkap dengan susunan raja, letak, peninggalan, dan masa kejayaan sekaligus keruntuhannya.

Semoga pembahasan kali ini bisa memberikan kamu wawasan baru, terutama di bidang Sejarah.

Kunjungi situs Mamikos untuk membaca fakta-fakta sejarah menarik lainnya.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta