Contoh Cerpen tentang Bullying di Sekolah dan Lingkungan Rumah Singkat

Contoh Cerpen tentang Bullying di Sekolah dan Lingkungan Rumah Singkat – Cerita pendek atau cerpen banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Bahkan saat ini banyak buku antologi cerpen yang diterbitkan berdasarkan hasil dari lomba-lomba cerpen.

Tak heran jika hingga sekarang ini minat menulis cerpen masih ada di kalangan masyarakat dan kelas membuat cerpen pun masih banyak peminatnya.

Berikut Contoh Cerpen tentang Bullying di Sekolah dan Lingkungan Rumah

unsplash.com/thenathanaguirre

Merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa, cerpen disebut juga sebagai karangan fiktif berisikan kehidupan seseorang yang diceritakan secara singkat dan berfokus hanya pada satu tokoh saja.

Selain
itu, cerpen juga biasa dikenal sebagai cerita yang bisa selesai dibaca hanya
dalam sekali duduk dan membutuhkan waktu antara setengah jam hingga dua jam
saja.

Dalam sebuah cerpen, terdapat beberapa unsur intrinsik yang menjadi elemen penting untuk membentuk dan menyusun jalan cerita.

Unsur-unsur intrinsik dalam cerpen yang dimaksud seperti tema, alur, latar, tokoh, dan amanat yang membentuk dan menyusun jalan cerita serta menyampaikan makna yang terkandung di dalamnya.

Guna memahami cerpen lebih jauh lagi, kamu bisa simak beberapa contoh cerpen di akhir artikel untuk menambah pemahaman.

Apa
itu Cerpen?

Sebelum membahas pengertian cerpen, kamu juga perlu ketahui terlebih dahulu pengertian dari cerpen itu sendiri.

Merupakan singkatan dari cerita pendek, cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi.

Berbeda dengan novel, cerita yang terkandung di dalam cerpen justru cenderung lebih padat dan biasanya tidak memiliki banyak tokoh.

Singkatnya, cerpen ini adalah cerita pendek yang hanya butuh sekali duduk untuk menyelesaikan satu ceritanya.

Cerpen
sendiri punya beberapa ciri, antara lain:

  • Cerpen hanya terfokus pada 1 tokoh
  • Cerita dalam cerpen tidak lebih dari 10.000 kata
  • Cerpen memiliki puncak masalah
  • Cerita dalam cerpen memiliki solusi atau penyelesaian masalah
  • Ceritanya padat dan langsung tertuju pada tujuan
  • Alur cerpen yang singkat membuat cerpen tidak memiliki tokoh yang banyak
  • Latar cerita pada cerpen terbatas

Struktur
Cerpen

Diketahui,
cerpen memiliki struktur yang terdiri dari 6 bagian, yakni:

1.
Abstrak

Abstrak
adalah bagian cerpen yang menggambarkan keseluruhan isi cerita.

2.
Orientasi

Orientasi cerpen berisi penentuan peristiwa yang menciptakan gambaran visual dari latar, atmosfer, dan waktu dari cerita.

Pada bagian ini, kamu juga akan menemukan pengenalan para tokoh, hubungan antar tokoh, hingga menata adegan.

3.
Rangkaian Peristiwa

Kemudian,
pada bagian rangkaian peristiwa terdapat kisah yang berlanjut melalui
serangkaian peristiwa satu ke peristiwa lainnya yang tidak terduga.

4.
Komplikasi

Pada
bagian ini, cerita akan bergerak menuju puncak masalah atau konflik, pertentangan,
hingga kesulitan-kesulitan bagi para tokoh yang memengaruhi latar waktu dan
karakter.

5.
Resolusi

Terakhir, pada bagian revolusi ini akan mengisahkan solusi dari tantangan atau masalah yang dicapai. Kamu juga akan mengetahui bagaimana cara pengarang mengakhiri cerita di bagian ini.

6.
Koda

Koda adalah komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita. Biasanya, bagian ini juga bisa disebut simpulan cerpen.

Contoh Cerpen tentang Bullying di Sekolah

Berikut adalah contoh cerpen tentang bullying di sekolah yang dikutip dari situs cerpenmu.com.

Bullying
Karya: Fariz Yusufa

Namaku Edo, Aku mulai berangkat ke sekolah seperti bisa diantar sama bapakku. Di smp ini, aku tidak mempunyai teman satu pun yang aku kenal sebelumnya. waktu SD saya terkenal culun dan orang yang tidak terlalu PD dengan diri sendiri.

Aku tidak pernah melakukan perlawanan saat orang lain mengejekku. Itu merupakan salah satu faktor kenapa aku sering dibully, Dengan badanku yang gemuk dan kulit hitam.

Melanjutkan yang tadi, sesampainya aku di sekolah dengan diantar sama bapakku. Seperti sekolah lainnya di hari senin ini akan ada upacara bendera. Ini merupakan saat dimana aku malas untuk mengikuti, dengan badanku yang gemuk ini seperti biasa teman-teman akan mengejek.

Bel sekolah sudah berbunyi menandakan upacara bendera akan segera dimulai. Aku sudah siap dengan perlengkapan upacara seperti topi dan juga dasi. Sesampainya di lapangan upacara, perkelas akan membuat barisannya sendiri.

Dari teman lain aku merupakan seorang siswa yang paling gemuk dan akan membuat barisan menjadi lebih sempit.

Seperti biasanya saat upacara temanku yang paling iseng dan nakal di kelas namanya Engga, dia mulai mengejekku dengan fisikku ini. “Edo kamu buat barisan aja sendiri, sempit nih, atau di tengah lapangan situ” Dia mengejek sambil tertawa.

Aku hanya bisa diam karena yang dia katakan memang sesuai dengan keadaan yang ada. Disini aku tidak mungkin melawan karena dia memiliki gang atau teman yang banyak sedangkan aku cuman siswa sendirian smp ini yang belum memiliki teman yang akrab.

Sebenarnya ada temanku yang bernama Dewi, dia suka membela aku saat Engga sedang mengejekku. Bisa dikatakan dia teman yang paling buat aku setidaknya lebih nyaman di sekolah ini.

Upacara pun dimulai, aku tepat berada di samping Engga di barisan ke 3 dari depan. “Edo geser dong badan kamu bikin penuh aja, sampe aku keluar barisan nih.” Kata Engga sambil nyindir aku.

Aku hanya bisa diam saat dikatakan seperti itu. Yahh seperti bisanya, diam dan menerima ejekannya. Paling berani aku hanya bisa berkata “iya”.

Setelah 30 menitan berjalan upacara bendera selesai dengan lancar. Semua siswa mulai kembali ke kelasnya masing-masing dan mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Setelah duduk di kelas kadang aku berfikir, kenapa ini tidak adil dengan ejekan yang diberikan kepada aku. Sementara aku tidak bisa melawan sedikit pun.

Di kelas aku duduk di bagian tengah sedangkan Engga berada di paling pojok. Jarak yang cukup jauh ini sampai bisa membuat aku sangat nyaman, dengan terhindar dari omongan Engga yang membuat aku semakin hari menjadi orang yang tidak PD.

Beberapa saat kemudian guru IPA pun datang untuk mengajar kelas pagi pertama kali. Saat itu sedang membahas flora dan fauna, yah ada hewan-hewannya gitu.

Setelah di pertengahan materi sampai di pembahasan soal binatang beruang. Engga pun teriak. “Lahh itu kayak Edo dong” Teriaknya di kelas sambil tertawa.

Saat itu aku hanya bisa diam dengan malu. Dewi pun membalas teriakan Engga tadi “Engga jangan gitu dong, keterlaluan tu” Teriaknya dewi membelaku.

Aku cukup senang ada teman yang membelaku. Aku pun juga tidak tau kenapa Engga terus mengejekku, Aku rasa tidak punya salah sama sekali dengan dia selama ini.

Setelah kejadian itu semua siswa yang ada di kelas semua tertawa. Sampai guru IPA menenangkan semua siswa untuk diam. Setelah beberapa waktu sampai 2 pelajaran telah selesai, waktunya untuk istirahat.

Sebelum keluar kelas aku sama Engga bertatapan, seolah tatapannya seperti membenci yang sangat mendalam sama aku.

Disitu aku memberanikan diri untuk ngomong. “Kenapa” Kataku sambil menatapnya. Engga pun membahas ucapanku tadi “Lahh kenapa” Katanya Engga sambil nada yang lebih keras. Aku mulai memberanikan diri untuk melawannya saat itu.

“Maksud kamu apa tadi ngejek aku didepan semua kelas” Kataku ke Engga sambil nada tinggi juga. Engga menjawabnya “Yahh terserah aku, ngga merugikan orang lain juga kan”.

Aku menjawabnya. “Kamu tau ngga sudah membuat aku malu didepan seluruh kelas” Kataku dengan menyautnya. “Ngga peduli sih aku, kamu malu apa ngga” Katanya Engga sambil nyinyir.

Percakapan tadi akhirnya membuat aku sama Engga bertengkar. Disitu selain aku dan Engga ada 2 temannya Engga. Mereka tidak menyerangku untuk membela Engga tapi malah justru melerai pertengkaran aku sama Engga.

Setelah kejadian itu Engga pun langsung pergi dengan diseret 2 temannya untuk keluar kelas. Aku masih sendirian di dalam kelas sambil menahan rasa sakit setelah pertengkaran tadi. Kejadian itu pun menjadikan pertemanan aku dan Engga semakin tidak baik.

Aku merasa takut saat pulang sekolah nanti pertengkaran ini terus berlanjut. Waktu istirahat itu aku gunakan cuman untuk di kelas saja. Setelah beberapa waktu jam istirahat pun habis dan semua siswa masuk kelas lagi.

Sampainya jam sekolah selesai aku langsung pulang dan menunggu bapakku menjemput di depan gerbang. Sesampainya di rumah aku terus memikirkan bagaimana dengan besok.

Pesan Penulis: Kita sebagai sesama manusia harus memiliki sikap toleransi apalagi terhadap teman sendiri. Bagaimana kita harus menjaga ucapan kita sendiri terhadap dampaknya kepada orang lain.

Contoh Cerpen tentang Bullying di Lingkungan Rumah

Di
bawah ini adalah contoh cerpen tentang bullying di sekitar rumah yang
dikutip dari situs gurupenyemangat.com.

Si Gundul
Oleh: Fahmi Nurdian Syah

Di sebuah kampung yang dekat dengan pedalaman. Hiduplah sebuah keluarga yang tinggal di rumah sederhana. Mereka memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Rian. Ia bertubuh tinggi dan kurus, serta kepalanya yang tak terdapat sehelai rambut.

Jika terkena pancaran sinar matahari yang terik kepala anak laki-laki itu menjadi berkilau dan nampak lucu. Karena kepalanya yang tidak terdapat rambut, ia dipanggil si gundul.

Si Gundul di kampung itu tidak memiliki seorang pun teman. Ia selalu dijauhi dan diejek oleh teman-temannya karena kepalanya yang botak. Hal ini menyebabkan diri pada si gundul menjadi rendah dan tersisih.

Setiap hari sepulang sekolah, ia selalu berjalan melihat temannya yang tengah asik bermain bersama. Ketika si gundul mendekati mereka dan ingin ikut bermain, Teman-temannya itu mengusir dia.

Sampai pernah terjadi, karena keinginan hatinya yang kuat untuk ikut bermain, membuat temannya menjadi berperilaku kasar dan ia didorong sampai jatuh.

Semenjak kejadian itu, di dalam benak si gundul tak pernah lagi ada keinginan untuk bermain bersama mereka.

Ia hanya menghabiskan waktunya berdiam diri di ruang tamu. Tetapi, jujur saja, aktivitas berdiam diri merupakan hal yang sangat membosankan. Dari sini lah si gundul mendapatkan ide.

Karena ia merasa bosan, si gundul berpikir untuk melakukan sesuatu hal untuk mengisi waktunya dan menghilangkan kejenuhan yang ia rasakan. Di samping rumah si gundul terdapat pohon bambu yang sudah tumbuh tinggi.

Si gundul merupakan anak yang punya kelebihan atau bisa dibilang bertalenta. Dengan bantuan ibunya ia menebang pohon bambu yang besar itu. Kemudian dibelah dengan ukuran yang tak begitu kecil.

Setelah itu potongan-potongan bambu itu dibuatnya menjadi sebuah layangan yang cukup besar. Dan, layangan semacam itu tidak pernah ada sebelumnya di kampung.

Pada suatu hari setelah pulang sekolah, si gundul pergi ke lahan kosong yang cukup luas. Ia mulai mengayunkan tangannya dan memainkan layangan yang dibuatnya sendiri. Sampai layangan tersebut telah terbang jauh tinggi mendekati angkasa.

Salah satu teman si gundul yang tengah asik bermain bersama dengan yang lainnya di tempat yang berbeda tak sengaja melihat layangan si gundul.

“Wuihhh, besar banget layangannya, punya siapa itu?” Tanya Adit salah satu teman si gundul yang pernah mengejeknya.

“Gak tau, gak pernah lihat sebelumnya,” jawab salah satu di antara mereka.

Karena penasaran, mereka secara bersama-sama berjalan menuju sumber layang-layang itu diterbangkan. Dan hasilnya tak pernah disangka oleh mereka satu pun.

Netra mereka menangkap sosok laki-laki berkepala botak yang sedang memainkan layangan itu. Lelaki itulah yang selama ini mereka jauhi.

Teman-teman si gundul tak habis pikir, mereka tetap mendekatinya dan bertanya dari mana ia mendapatkan layangan itu.

Si gundul yang masih memainkannya menjawab bahwa dia sendirilah yang membuatnya. Mereka tertawa seakan tak percaya bahwa si gundul lah yang membuat layangan itu.

Keesokan harinya, Ia pun membuktikannya dengan mengajak seluruh teman-temannya itu pergi ke rumahnya.

Setelah terbukti bahwa si gundul lah yang membuat layangan itu, mereka baru lah percaya.

Saat itu juga mereka meminta maaf kepada si gundul karena selama ini telah menjauhinya dan gak pernah mau bermain bersamanya. Dengan murah hati si gundul memaafkan semua temannya.

Teman-temannya pun meminta si gundul untuk membuatkan layangan itu satu per satu, si gundul pun menyanggupinya dengan senang hati.

Mereka juga membantu si gundul dalam membuat layang-layang tersebut, sehingga yang dibuatnya itu pun cepat jadi.

Setelah semuanya memegang layangannya sendiri-sendiri, mereka bergegas pergi ke tempat yang sama ketika pertama kali si gundul memainkan layangan itu.

Kini, mereka bermain bersama-sama dengan hati yang gembira tanpa ada perselisihan di antara mereka.

Penutup

Oke, itulah sedikit informasi seputar contoh cerpen tentang bullying di sekolah dan lingkungan rumah yang bisa Mamikos bagikan.

Bagaimana? Sekarang kamu sudah paham kan pengertian cerpen dan contohnya?

Buat kamu yang ingin mengulik informasi lainnya seputar cerpen, kamu bisa kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasinya di sana.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta