Contoh Hikayat yang Diubah Menjadi Cerpen beserta Cara Membuatnya yang Baik dan Benar
Contoh Hikayat yang Diubah Menjadi Cerpen beserta Cara Membuatnya yang Baik dan Benar – Salah satu kesulitan yang sering dialami dalam menulis cerpen adalah menemukan ide.
Padahal ada banyak cara agar seorang penulis mendapatkan ide sebagai bahan menulis cerita.
Salah satunya adalah dengan mengubah hikayat menjadi cerpen. Apabila kamu ingin tahu caranya. Silakan cermati artikel contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen ini dengan teliti.
Berikut Hikayat yang Diubah Jadi Cerpen
Daftar Isi
Daftar Isi
Mengubah hikayat menjadi cerpen memang gampang-gampang susah, tergantung bagaimana kreativitas kita menempatkan jalinan cerita hikayat ke dalam bentuk sastra modern berupa cerpen.
Namun, bukan berarti tidak mungkin. Lagipula di luar sana juga banyak hikayat yang telah digubah, menjadi inspirasi, bagi cerpen.
Oleh karena itu, pada artikel kali ini, secara khusus akan disajikan satu judul cerpen sebagai contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen sebagai referensi kamu.
Langkah-langkah Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen
- Baca dan pahami isi dari hikayat yang kamu baca.
- Sebaiknya buat ringkasan atau sinopsis dari hikayat yang dibaca.
- Bikin daftar konflik dari hikayat yang dibaca.
- Pilihlah konflik yang menurutmu menarik untuk dikembangkan.
- Kamu dapat mengembangkan konflik pilihanmu menjadi cerpen.
Hikayat yang akan kamu ubah menjadi cerpen biasanya memiliki banyak konflik.
Tetapi kamu tidak perlu memasukkan semuanya ke dalam cerpen. Sebab, kebanyakan cerpen hanya berfokus dalam satu konflik saja.
Supaya lebih jelasnya, kamu dapat perhatikan contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen di bawah ini.
Contoh Hikayat yang Diubah Menjadi Cerpen
Harapan Dewi Sukesi
Hari demi hari kesedihan Dewi Sukesi bukannya sirna, tetapi malah semakin membesar.
Seperti bola salju yang terus meluncur menggelinding dari puncak pegunungan hingga ke lembah-lembah. Seperti itulah kesedihan yang dirasakan Dewi Sukesi.
Demi menyirnakan perasaan sedih yang ada di dalam dadanya. Dewi Sukesi melakukan semedi di dalam sanggar pamelengan selama berhari-hari.
Ketika semedinya memasuki hari keempat puluh. Dewi Sukesi mendapat sebuah petunjuk. Dalam semedinya Dewi Sukesi diminta untuk mengadakan sayembara.
Berdasarkan petunjuk yang diterimanya saat semedi. Sayembara itulah yang akan membuka jalan bagi Dewi Sukesi untuk mewujudkan keinginannya.
Setelah petunjuk dari Dewata berhasil didapat. Dewi Sukesi pun mengakhiri semedinya.
Wangsit Dari Dewata
Ia lalu pergi menemui Prabu Sumali, ayahnya untuk mengajukan sebuah permintaan. Kepada ayahnya, Dewi Sukesi meminta agar keinginan mengadakan sayembara diluluskan.
Sebelum menuruti keinginan putri tercinta. Prabu Sumali bertanya, “Sayembara macam apa yang kau inginkan?”
“Dalam sayembara yang kuadakan nanti. Siapapun yang mampu mengubahku menjadi menjadi permpuan seutuhnya. Jika perempuan akan kujadikan saudara sendiri. Sementara apabila yang mampu melakukannya adalah seorang lelaki. Aku ingin menjadikannya suami. Tak peduli darimana dia berasal, bagaimana latar belakang kehidupannya dan berapapun usia yang dimilikinya.”
Prabu Sumali sempat kaget dengan keinginan anaknya. Ia tidak mengira kalau anaknya sedemikian ngotot ingin merubah kodratnya sebagai seorang raseksi.
Ia juga tidak tahu apa yang membuat anaknya begitu ingin menjadi manusia. Padahal menjadi raksasa bukanlah suatu perkara yang memalukan.
Sebenarnya keinginan Dewi Sukesi agar bisa memiliki wujud seperti manusia telah lama diketahuinya.
Dulu, ia pernah mengira kalau keinginan putrinya untuk memiliki wujud seperti manusia hanyalah keinginan anak-anak, yang biasanya akan sirna seiring dengan berjalannya waktu.
Sayangnya, perkiraan Prabu Sumali meleset. Waktu yang terus berlalu justru membuat keinginan Dewi Sukesi untuk memiliki wujud seperti manusia semakin membesar dan kuat.
Layaknya karang di tepi pantai. Seperti itu pulalah kuatnya keinginan Dewi Sukesi.
Sebenarnya Resi Sumali sudah berkali-kali mengingatkan dan menasehati putrinya agar mau menerima kodratnya menjadi raseksi. Tetapi karena hati putrinya telah ditutupi sebuah obsesi yang begitu besar.
Hingga pada akhirnya membuat nasehat yang dia berikan tak mampu merasuk ke dalam benak putrinya
“Sudah menjadi kodrat kita menjadi bangsa raksasa, anakku,” kata Prabu Sumali pada suatu waktu.
“Tidak mau, ayah. Aku tidak mau menjadi raksasa.”
“Anakku kamu harus ingat ketetapan dunia. Bukankah kau tahu. Bahwa gajah akan selamanya beranak gajah. Dan harimau akan selamanya beranak harimau. Mustahil gajah beranak harimau dan harimau beranak gajah. Demikian pula kodrat yang harus kita terima. Suka atau tidak suka, karena kita ini lahir dari keluarga raksasa. Maka sudah menjadi kodrat kita ini berwujud raksasa.”
Dewi Sukesi terdiam sejenak. Sesaat kemudian, setelah menarik napas yang agak dalam. Dewi Sukesi mencoba menyangkal pernyataan ayahnya.
“Bukankah ayah sendiri yang bilang bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dalam mewujudkan keinginannya. Dewata akan membantu mewujudkan keinginannya?”
Semedi Prabu Sumali
Merasa tak ada gunanya lagi berdebat dengan putrinya. Prabu Sumali memilih pergi meninggalkan putrinya.
Selepas itu Prabu Sumali masuk ke dalam sanggar pamelengan untuk semedi. Dalam semedinya kali ini Prabu Sumali meminta agar Dewata memberikan pencerahan kepada putrinya.”
Karena kehendak Dewi Sukesi untuk memiliki wujud seperti manusia sudah tak bisa dihentikan lagi.
Akhirnya dengan sedikit terpaksa Prabu Sumali segera mengadakan sebuah sayembara seperti yang diinginkan putrinya.
Setelah diumumkan, kabar tentang sayembara itu terbang hingga jauh. Berpuluh-puluh pangeran dan orang sakti dari segala penjuru datang ke Alengka.
Sebagian dari mereka ada yang sebatas ingin menjajal ilmu kesaktiannya. Sebagian lagi memang benar-benar ingin memenangkan sayembara tersebut.
Beratus-ratus pangeran dari berbagai negara telah mencoba. Namun, semuanya gagal. Hingga pada akhirnya majulah seorang lelaki tua berpakaian selayaknya seorang resi.
Meski banyak hujatan yang dilontarkan. Tetapi laki-laki tua itu tetap maju dengan langkah mantap.
Sesaat setelah laki-laki tua yang memperkenalkan diri dengan nama Resi Wisrawa itu mengeluarkan kesaktiannya yang berupa sastra jendra pangruwating diyu.
Bersamaan dengan selesainya ajian itu dikeluarkan. Tubuh Dewi Sukesi dipenuhi dengan cahaya yang benderang.
Tak lama kemudian, cahaya itu padam. Setelah cahaya yang menyelubungi tubuh Dewi Sukesi padam Ada yang berubah dengan perwujudan Dewi Sukesi.
Jika beberapa waktu yang lalu Dewi Sukesi berwujud raksasa perempuan yang menyeramkan. Kini wujud Dewi Sukesi berubah menjadi seorang perempuan yang cantik jelita.
Dewi Sukesi Berubah Wujud
Perubahan wujud yang terjadi pada diri Dewi Sukesi membuat semua orang yang ada di tempat itu merasa takjub.
Prabu Sumali yang turut menyaksikan peristiwa itu turut berbahagia karena keinginan putrinya telah menjadi kenyataan.
Di samping itu, Dewi Sukesi juga tak kalah gembiranya. Dewi Sukesi sama sekali tidak mengira kalau keinginannya selama ini telah menjadi kenyataan.
Saking gembiranya karena wujud manusia seperti kebanyakan telah terwujud. Dewi Sukesi lantas bersujud untuk mengucapkan terimakasih kepada Resi Wisrawa.
Pada kesempatan itu Dewi Sukesi mengucapkan bahwa dirinya ikhlas untuk menjadi istri dari Resi Wisrawa.
Tentunya Resi Wisrawa tidak siap dengan pertanyaan ini. Karena belum siap untuk menjawabnya. Resi Wisrawa kemudian berkata dengan jujur.
“Sebelumnya aku minta maaf kepadamu. Keikutsertaan dalam sayembara ini bukanlah untuk diriku sendiri. Tetapi untuk anakku yang bernama Wisrawan.”
Dewi Sukesi sempat tersinggung dengan kata-kata Resi Wisrawa.
“Bukankah kamu ingat dengan peraturan yang ada di dalam sayembara ini, Tuan?”
Resi Wisrawa mengangguk sebagai tanda mengerti.
“Ketahuilah, tuan. Aku hanya mau menikah dengan laki-laki yang berhasil merubah wujudku menjadi seperti ini. Bukan dengan lelaki lain. Meski lelaki itu adalah anak kandungmu sendiri.”
Pernikahan Dewi Sukesi
Akhirnya tibalah saat penentuan hari pernikahan dari Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Tak lama setelah tanggal pernikahan diumumkan. Datanglah seorang pemuda yang datang ke Alengka untuk menantang Resi Wisrawa.
Alangkah terkejutnya Resi Wisrawa begitu tahu pemuda yang menantangnya itu adalah Wisrawan, anak kandungnya sendiri.
“Kedatanganku hari ini bukan sebagai anak yang menagih janji kepada ayahnya. Tetapi sebagai lelaki yang ingin merebut seorang wanita dari calon suaminya.”
Hampir saja ayah dan anak itu terlibat pertempuran yang serius. Beruntung beberapa saat sebelum keduanya baku hantam. Batara Narada turun dari Kahyangan untuk melerai keduanya.
Pada kesempatan itu Batara Narada mengatakan kepada Wisrawan bahwa Sukesi tidak ditakdirkan untuknya. Tetapi ditakdirkan untuk menjadi istri kedua ayahnya.
Rupanya kata-kata Batara Narada ini mampu membuat Wisrawan mau menerima pahitnya kenyataan.
Hari yang dinantikan pun akhirnya tiba. Pernikahan Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi dilangsungkan dengan sangat meriah.
Lahirnya Rahwana
Setahun setelah pernikahan itu Dewi Sukesi melahirkan seorang bayi laki-laki.
Betapa terkejutnya Dewi Sukesi saat mengetahui anak sulungnya bukan berwujud manusia seperti dirinya dan suaminya tetapi berwujud raksasa.
Setelah kelahiran Rahwana, disusul lagi dengan kelahiran dua adiknya yakni Sarpakenaka dan Kumbakarna.
Seperti kakaknya, Sarpakenaka dan Kumbakarna juga berwujud raksasa. Kenyataan ini membuat Dewi Sukesi merasa sangat sedih.
Ketika memandangi ketiga anaknya yang berwujud raksasa sedang tertidur pulas. Dewi Sukesi teringat dengan kata-kata ayahnya.
Dulu ayahnya pernah mengatakan jika akar tak boleh iri pada kaki yang bisa melangkah hingga penjuru bumi.
Dahan dan ranting tak boleh iri pada sayap yang bisa terbang hingga ke langit tinggi.
Semua sudah terlambat dan tak mungkin bisa diulang dari awal. Maka ketika Dewi Sukesi hamil untuk keempat kalinya.
Dirinya benar-benar meminta kepada Dewata agar diberi seorang anak yang berwujud manusia.
Setiap malam Dewi Sukesi dan Resi Wisrawa bersama-sama meminta agar keinginannya dapat dikabulkan.
Saat Wibisana lahir. Dewi Sukesi dan Resi Wisrawa tak bisa menutupi kebahagiaannya karena doanya terkabulkan.
Penutup
Nah, itulah contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen. Berdasarkan dari contoh yang disajikan, ketika menuliskan hikayat menjadi cerpen yang perlu diperhatikan ternyata adalah penataan plot dan tangga dramatik.
Dengan membaca contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen di atas, tentunya kamu sudah punya gambaran bukan tentang bagaimana prosesnya?
Penulisan contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen secara persub-bab bagian di atas dimaksudkan agar memudahkan pembacaan dalam tiap satu kotak peristiwa.
Sekarang, setelah membaca contoh hikayat yang diubah menjadi cerpen, silakan kamu mencobanya sendiri. Semoga bermanfaat.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu: