Contoh Naskah Drama Bawang Merah Bawang Putih Singkat dan Sinopsisnya

Contoh Naskah Drama Bawang Merah Bawang Putih – Ada banyak sekali cerita rakyat yang kerap dijadikan sebagai inspirasi dalam membuat naskah drama.

Salah satunya saja adalah kisah Bawang Merah dan Bawang Putih. Nah, dalam artikel ini sudah dirangkumkan informasi terkait sinopsis dan contoh naskah drama Bawang Merah dan Bawang Putih.

Berikut Sinopsis dan Contoh Naskah Drama Bawang Merah Bawang Putih Singkat

unsplash.com/stak59

Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang begitu populer.

Bahkan, cerita rakyat yang satu ini sering diadaptasi ke bentuk film ataupun buku cerita.

Kisah tentang dua orang saudara tiri, yaitu Bawang Putih dan Bawang Merah ini memang telah menjadi salah satu bagian dari karya sastra lisan yang paling berumur panjang di Nusantara.  

Nah, pada kesempatan kali ini, sudah dirangkumkan sinopsis dan contoh naskah drama Bawang Merah dan Bawang Putih yang bisa menjadi inspirasi.

Sinopsis
dan Contoh Naskah Drama Bawang Merah Bawang Putih

Alkisah, pada dahulu kala di sebuah desa yang asri, hiduplah sepasang orangtua dan seorang anak perempuannya.

Anak perempuan itu bernama Bawang Putih. Meskipun dia tidak memiliki paras yang cantik, namun Bawang Putih memiliki hati dan sikap yang sangat baik.

Bawang Putih lahir dari keluarga yang bahagia. Ayahnya adalah seorang konglomerat yang kaya raya.

Namun, suatu hari ibu Bawang Putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih pun sangat berduka, begitu pula ayahnya.

Bawang
Putih: “Ayah, mengapa ibu pergi meninggalkan kita begitu cepat?” (sambil memeluk
ayahnya)

Ayah:
“Ini memang sudah takdirnya, nak! Kamu harus tabah ya.”

Bawang
Putih: “Tapi kenapa sangat cepat yah, aku sama siapa sekarang kalau sudah tidak
ada ibu yah!”

Ayah:
“Sudahlah anakku yang sudah biarkan sudah, kamu masih mempunyai ayah yang akan
selalu menjaga kamu.” (berpelukan).

Di desa yang asri itu pula tinggalah seorang janda dengan anak gadisnya bernama Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal dunia, ibu Bawang Merah pun sering berkunjung kerumah Bawang Putih.

Dia sering membawakan makanan hingga membantu Bawang Putih membereskan rumahnya. Bahkan seringkali ia datang hanya untuk menemani Bawang Putih dan ayahnya ngobrol.

Ibu Bawang Merah: “Bawang Putih, ini ada
sedikit makanan ibu bawakan untuk kamu dan ayahmu ya.”

Bawang Putih: “Waduh kok repot-repot bu, Terima
kasih banyak ya bu!”

Ibu Bawang Merah: “Iya, sama-sama. Jangan
sungkan sama ibu kalau butuh bantuan ya. Yasudah ibu pamit pulang dulu, ya!”

Ayah: “Oh, iya bu terima kasih ya bu. Maaf sudah merepotkan,
salam buat Bawang Merah ya!

Ibu Bawang Merah: “Gapapa mas, tidak perlu
sungkan. Iya mas, nanti saya sampaikan salamnya untuk Bawang Merah!”

Karena merasa Bawang Putih butuh peran seorang ibu, sang ayah pun berpikir bahwa mungkin lebih baik jika ia menikah saja dengan ibu Bawang Merah.

Dengan berbagai pertimbangan dan mendapatkan persetujuan dari Bawang Putih, sang ayah pun menikah dengan ibu Bawang Merah.

Ayah: “Bawang Putih sepertinya kamu butuh peran
seorang ibu. Ayah khawatir jika ayah sudah tiada, nanti siapa yang akan merawat
kamu. Jika ayah menikah dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu setuju?”

Bawang Putih: “Aku sudah begitu percaya dengan keputusan ayah, aku cuma akan mematuhinya saja. Lagi pula, ibu Bawang Merah juga sangat baik kepadaku.”

Ayah: “Baiklah, bila engkau menyetujuinya. Ayah
akan memperlihatkan maksud ayah kepada ibu Bawang Merah.”

Datangnya Ibu Baru

Begitu menerima persetujuan dari sang anak, ayah Bawang Putih pun mendatangi ibu Bawang Merah dan menyatakan maksud untuk melamarnya.

Akhirnya, mereka pun menikah. Ibu Bawang Merah dan sang anak tinggal satu atap dengan Bawang Putih dan sang ayah.

Di awal pernikahan tersebut, ibu Bawang Merah tampak
selalu baik hati kepada Bawang Putih. Semua pun terlihat baik-baik saja.

Hingga pada suatu hari, sang ayah harus bepergian ke luar kota dan pergi meninggalkan rumah selama beberapa hari.

Kehidupan Bawang Putih pun sontak berubah. Seolah bertolak belakang dengan sifat ketika sang ayah ada di rumah, ibu tiri dan Bawang Merah selalu bersikap pilih kasih dan lebih menyayangi Bawang Merah.

Ibu bawang merah: “Hei Bawang Putih, kerjamu
jangan cuma bermalas-malasan saja. Sana bersih-bersih dan beres-beres rumah!”

Bawang Putih: “Baiklah bu, akan saya laksanakan.”

Bawang Merah: “Putih, jangan lupa juga kau mesti
mencucikan bajuku dan membersihkan barang-barangku hari ini!”

Bawang Putih: “Baiklah kak, akan saya kerjakan.”

Pada suatu hari, sang ayah pun mengalami sakit keras hingga akhirnya meninggal dunia.

Bawang Putih pun menjadi seorang yatim piatu. Semenjak sang ayah sudah tiada, sang ibu tiri dan Bawang Merah semakin bertindak keterlaluan terhadap Bawang Putih.

Ibu Bawang Merah: “Hai Bawang Putih, kamu
setiap hari harus bangun pagi-pagi. Jangan lupa untuk menyiapkan makanan,
beres-beres rumah dan lain-lain. Paham kan kau?”

Bawang Putih: “Iya ibu, saya mengetahuinya.
Akan saya lakukan.”

Nestapa Bawang Putih

Meskipun selalu diperlakukan seenaknya, Bawang Putih
tidak pernah membenci ibu dan saudara tirinya. Dia selalu bersikap baik dan
mematuhi segala perintah mereka.

Hingga suatu, Bawang Putih menghadapi masalah besar karena menghanyutkan salah satu baju milik ibu tirinya ketika sedang mencuci pakaian di pinggir sungai.

Bawang Putih pun menyusuri setiap sisi sungai untuk menemukan keberadaan baju ibu tirinya itu. Ia sangat takut, jika ia tidak menemukannya, ibu tirinya pasti akan sangat marah.

Namun, Bawang Putih tidak berhasil menemukan
baju sang ibu. Dengan putus asa, ia pun kembali kerumah dan menceritakan
kejadian tersebut kepada ibunya.

Bawang Putih: “Bu, maafkan Putih karena baju
ibu hanyut terbawa arus ketika Putih sedang mencucinya.”

Ibu: “Apa? Dasar ceroboh! Ibu tidak mau tahu,
pokoknya kamu harus mencari baju itu dan jangan berani pulang ke rumah kalau
kamu belum menemukannya, mengerti?

Dengan bersedih, Bawang Putih pun terpaksa
menuruti perintah ibu tirinya. Dia kembal menyusuri sungai tempat ia mencuci
tadi.

Matahari pun mulai meninggi, namun Bawang Putih tak kunjung menemukan baju milik sang ibu.

Dia pun memasang matanya dengan teliti, diperiksanya setiap juliuran akar pohon yang menjorok ke sungai dan berharap menemukan baju sang ibu tersangkut di sana.

Namun, pencarian Bawang Putih tersebut pun
belum berhasil. Setelah matahari sudah mulai terbenam, ia melihat seorang ibu
yang hendak pergi ke pasar.

Bawang Putih: “Permisi, bi.”

Bibi: “Ya nak, ada yang bisa bibi bantu?”

Bawang Putih: “Bibi, apakah bibi melihat ada baju
berwarna merah yang hanyut lewat sini? Baju ibu saya terbawa arus sungai, saya harus
menemukannya dan membawanya pulang.”

Bibi: “Oh baju berwarna merah ya nak? Iya nak,
tadi bibi ada lihat. Coba kamu telusuri sungai ini hingga menemukan sebuah
gubuk, di sana ada seorang nenek. Pasti baju yang kamu cari sudah sampai di
ujung sungai tepat di mana gubuk nenek itu berdiri. Mungkin sang nenek yang ada
menemukan baju yang kamu cari nak.”

Bawang Putih: “Baiklah bibi, saya akan kesana.
Terimakasih!”

Bibi: “Sama-sama, nak.”

Pertolongan untuk Bawang Putih

Hari pun sudah mulai gelap, Bawang putih pun sudah mulai merasa putus asa karena tak kunjung menemukan baju sang ibu. Ia pun terus menyusuri sungai tersebut mengikuti saran Bibi yang ia temui.

Hingga akhirnya, ia melihat cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di dekat tepian ujung sungai.

Bawang Putih pun segera menghampiri gubuk itu
dan mengetuknya.

Bawang Putih: “Permisi.” (tampak berbicara
dengan seorang nenek yang sedang duduk di depan gubuknya)

Nenek: “Iya nak, siapa kamu?”

Bawang Putih: “Saya Bawang Putih, nek. Saya
datang kemari ingin menanyakan, apakah nenek ada melihat baju ibu saya yang
hanyut di sungai?”

Nenek: “Baju berwarna merah ya nak? Iya, tadi nenek melihat baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku sangat menyukai baju itu. Tapi, baiklah aku akan mengembalikannya kepadamu dengan syarat kamu harus menemeniku disini selama beberapa hari. Aku sudah lama aku tidak ngobrol dengan siapapun dan butuh ditemani. Bagaimana?”                                                                                                         

Bawang Putih: “Baiklah nek, saya akan menemani nenek dan tinggal disini selama beberapa hari asalkan nenek tidak bosan saja dengan saya.” (berbicara dengan nada bercanda)

Tinggal Bersama Nenek

Akhirnya, Bawang Putih pun tinggal bersama dengan nenek itu selama seminggu lamanya. Setiap hari, Bawang Putih selalu membantu berbagai pekerjaan rumah nenek.

Tentu saja si nenek merasa sangat senang.
Hingga akhirnya sudah genap seminggu, dan sang nenek pun memanggil Bawang
Putih.

Nenek: “Nak, kini sudah genap seminggu kamu
tinggal disini. Aku merasa sangat senang karena kamu sangat baik hati dan
berbakti kepada orangtua. Untuk itu sesuai janjiku, kau boleh membawa kembali baju
ini pulang ke rumah. Dan satu lagi, kamu juga boleh memilih salah satu dari
labu kuning ini sebagai hadiah!” (menunjukkan dua buah labu)

Bawang Putih: “Tidak usah repot-repot, nek!”

Nenek: “Ayolah, Bawang Putih. Tidak apa-apa.”

Bawang Putih: “Yasudah nek, Putih memilih yang
kecil saja ya.”

Nenek: “Mengapa kamu memilih buah yang kecil,
nak?”

Bawang Putih: “Tidak apa-apa nek. Saya takut
tidak kuat jika harus membawa yang besar, nek.”

Nenek: (tersenyum)

Bawang Putih pun pulang ke rumah sambil membawa
baju dan buah labu kuning. Sesampainya di rumah, Bawang Putih langsung
menyerahkan baju merah milik ibu tirinya.

Bawang Putih: “Ibu, maaf saya baru kembali.
Saya baru berhasil menemukan baju ibu. Ini Bajunya.”

Bawang Merah: “Heh gembel, apa itu yang kamu
bawa?” (menunjuk buah labu kuning)

Ibu: “Iya, apa itu yang kamu bawa?” (dengan
nada membentak)

Bawang putih: “Ini buah labu, bu. Tadi aku
diberikan oleh nenek-nenek yang menemukan baju ibu.”

Bawang Merah: “Sini, berikan labunya.” (merah
pun membanting labu itu)

Bawang Putih: “Merah, jangan!”

Labu kuning tersebut pun jatuh terbanting oleh
Bawang Merah hingga akhirnya terbelah. Bawang Merah dan sang ibu pun langsung
berteriak kegirangan karena melihat isi dari buah labu tersebut.

Bawang Merah: “Heh gembel! Kamu dapat dari mana labu berisi emas dan permata ini?”                                                            

Ibu: “Iya, dari mana kamu mendapatkan buah ajaib ini?”

Bawang Putih: “Aku mendapatkan labu ini dari …..”
(hening sejenak)

Bawang Merah: “Dari mana Putih? Jawab!”

Bawang Putih: “Ketika aku mencari baju ibu yang
hanyut terbawa arus sungai, hari sudah gelap sehingga aku harus menginap di sebuah
rumah milik seorang nenek di pinggir sungai. Aku pun diminta oleh nenek itu untuk
menemaninhya selama seminggu. Setelah genap seminggu dan ketika ingin pamit
pulang, aku diberi hadiah ini.”

Rencana Licik

Setelah mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah
pun berencana untuk melakukan hal yang sama agar bisa mendapatkan hadiah seperti
itu.

Ibu: “Bawang Merah kamu harus melakukan apa
yang dilakukan oleh anak sialan itu”                                                                  

Bawang Merah: “Baiklah ibu!”

Ibu: “Kalau begitu, besok pagi kamu harus pergi
ke sungai.”

Bawang Merah: “Baik bu!”

Keesokan harinya Bawang Merah pun menghanyutkan
bajunya ke sungai, hingga akhirnya ia tiba di gubuk nenek yang diceritakan oleh
Bawang Putih.

Bawang Merah: “Nek, apakah nenek ada melihat
bajuku bewarna merah yang hanyut di sungai ini?”                                          

Nenek: “Nenek tahu, tapi kamu harus menginap disini selama seminggu kalau ingin nenek mengembalikannya.”

Bawang Merah: “Baiklah, nek! Akan kutemani
nenek selama seminggu.”

Selama seminggu Bawang Merah menginap di rumah sang nenek hanya dengan bermalas-malasan. Jikalau pun ada yang ia kerjakan, pasti berujung dengan hasil yang tidak bagus karena dikerjakan secara asal-asalan.

Akhirnya setelah seminggu lamanya, sang nenek
membolehkan Bawang Merah pulang.

Bawang Merah: “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?”

Nenek: “Ya, sudah silahkan kamu memilih salah
satu dari labu ini!”

Bawang Merah: (mengambil yang besar, langsung
pergi)

Sesampainya di rumah, Bawang Merah segera
menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena
takut Bawang Putih meminta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih untuk pergi ke
sungai selagi mereka membuka labu tersebut.

Ibu: “Putih sana pergi ke sungai cuci baju-baju
yang kotor.”

Bawang Putih: “Baiklah, bu ! “

Setelah Bawang Putih pergi, mereka pun membelah buah labu tersebut. Namun ternyata, buah labu tersebut tidak menyimpan emas namun puluhan ular berbisa.

Binatang tersebut pun langsung menyerang Bawang Merah dan Ibunya hingga akhirnya keduanya tewas.

Nah, itulah contoh sinopsis dan naskah drama Bawang Merah dan Bawang Putih singkat yang bisa Mamikos bagikan kepada kamu. Semoga bermanfaat dan menginspirasi kamu ya!

Jika kamu ingin mencari informasi menarik dan bermanfaat lainnya, kamu tinggal kunjungi situs blog Mamikos dan temukan informasi lengkapnya di sana.


Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UGM Jogja

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat UI Depok

Kost Dekat UB Malang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat UMY Jogja

Kost Dekat UNY Jogja

Kost Dekat UNS Solo

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat UMS Solo

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta