7 Cerpen Karya Putu Wijaya Berbagai Judul dan Sinopsisnya

Siapa yang tidak mengenal Putu Wijaya? Seorang sastrawan besar yang sudah melahirkan berbagai karya hebat. Yuk, kenali beberapa judul cerpennya!

04 Oktober 2024 Lintang Filia

7 Cerpen Karya Putu Wijaya Berbagai Judul dan Sinopsisnya – I Gusti Ngurah Putu Wijaya merupakan sastrawan Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Putu Wijaya dan telah menghasilkan berbagai karya sastra.

Karyanya yang berupa cerpen, novel, drama, hingga skenario film dikenal memiliki gaya tulisan yang unik bertema realitas sosial dan konflik psikologis. Oleh sebab itu, Putu Wijaya bahkan telah banyak mendapatkan penghargaan, salah satunya dari Ubud Writer Festival.

Dari banyaknya tulisan yang telah sastrawan asal Bali tersebut hasilkan, khusus kali ini Mamikos akan mengajak kamu untuk mengenal beberapa cerpen karya Putu Wijaya melalui sinopsis di artikel ini.

Daftar Sinopsis Cerpen Karya Putu Wijaya

cerpen karya Putu Wijaya
kompas.id

Cerpen-cerpen yang ditulis oleh Putu Wijaya sebagian besar telah banyak dimuat di Harian Kompas atau surat kabar nasional lainnya. Sebenarnya, terdapat banyak sekali cerpen Putu Wijaya yang telah diterbitkan, lho.

Di antaranya yang paling terkenal seperti Semar, Malu, atau Maling yang kerap menjadi bahan kajian ilmu sastra maupun skripsi para mahasiswa. Nah, seperti apa sih sinopsis cerpen Putu Wijaya?

1. Malu karya Putu Wijaya

Cerpen karya Putu Wijaya yang berjudul Malu ditulis pada tahun 2011 ini menceritakan tentang seorang pria dijebloskan ke penjara setelah dituduh mencuri barang berharga yang dia temukan di jalanan.

Meskipun berusaha membela diri, dia tetap dinyatakan bersalah dan yang berdampak serius terhadap keluarganya yang menderita  dan kesulitan setelah kepergiannya. Istrinya bahkan terpaksa menjual rumah dan meminta izin untuk menikah lagi demi menjaga kehidupan anak-anak mereka.

Selama dipenjara, ia berjuang dengan rasa putus asa dan pada akhirnya dibebaskan. Namun kebebasannya tidak seindah yang dibayangkan, ia merasa terasing dan menjadi gelandangan.

Ketika bekerja sebagai mandor kuli, ia menyaksikan kejadian di mana anak buahnya dituduh mencuri kotak nasi.

Kejadian tersebut membangkitkan kembali ingatan pahitnya yang membuatnya merasa malu akan masa lalu. Namun, ketika mengetahui bahwa anak buahnya dibebaskan, ia merasa lega.

Dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku, ia menemukan pelajaran berharga tentang keadilan, martabat, dan perjuangan untuk kebebasan sejati, serta menyadari bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi dan arti yang lebih dalam.

Close