21 Contoh Seni Tari Beserta Penjelasan dan Asal Daerahnya Dilengkapi Gambar

Kekayaan tarian tersebut menjadi tanggung jawab kita sebagai masyarakat Indonesia untuk melestarikannya. Yuk simak deretan seni tari tradisional di Indonesia dalam artikel ini.

24 Oktober 2022 Bella Carla

Kata “Reog” berasal dari kata “Riyokun” bermakna khusnul khotimah yang diambil dari cerita perjuangan Raden Katong mengalahkan Ki Ageng Kutu.

Hal ini tak jauh dari makna tari tradisional ini yang mengisahkan tentang peperangan. Namun ada pula yang mengartikan Tari Reog sebagai sindiran Ki Ageng Kutu kepada Raja Brawijaya V yang tunduk kepada istrinya.

Tari Reog dipertunjukkan dengan iringan gamelan dan lagu-lagu tradisional. Biasanya, dalam iringan Tari Reog terbagi menjadi dua kelompok yakni penyanyi dan pemain gamelan.

Sementara itu, properti yang digunakan juga dibedakan untuk setiap penari. Untuk penari barongan akan menggunakan kostum yang ditambah dengan dadak merah berukuran besar dengan berat 30 – 50 kg dan topeng Singo Barong.

Untuk penari warok akan menggunakan kostum yang ditambah topeng dan membawa cemeti atau pecut.

Sedangkan, untuk para jathilan akan menggunakan kostum dengan selendang dengan tambahan properti jaranan (kuda-kudaan dari anyaman bamboo).

Sementara Klono Sewandono dan patihnya Bujang Ganong akan melengkapi penampilan kostumnya dengan mengenakan topeng.

9. Tari Piring (Sumatera Barat)

Tari Piring
seringjalan.com

Berasal dari Solok, Sumatera Barat, Tari Piring sering dijadikan sebagai ajang promosi dan pariwisata di kebudayaan Indonesia.

Tari Piring sendiri adalah seni tari tradisional suku Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan atribut piring.

Tari Piring konon sudah dikenal masyarakat Minangkabau sebelum sejak abad ke-12 dan sebelum masuknya ajaran Islam.

Tarian ini awalnya merupakan bentuk pemujaan terhadap Dewi Padi dan dipentaskan ketika musim panen tiba sebagai bentuk terima kasih atas hasil panen yang berlimpah.

Ritual tersebut dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di sejumlah piring dan dibawa oleh sekelompok perempuan.

Ketika ajaran Islam masuk, Tari Piring tidak serta-merta dihilangkan. Sama seperti tarian tradisional lainnya, Tari Piring juga mengalami penyesuaian sehingga unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam dihilangkan.

Dalam penyesuaiannya, Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, melainkan kepada raja-raja atau pembesar negeri.

Tari Piring kini tak hanya dikenal di daerah Minangkabau saja, namun sudah menyebar ke berbagai daerah yang didiami oleh masyarakat Suku Melayu.

Close